Cerita misteri terbaru Dendam Pelanggan Pekerja Seks Komersil

Dendam Pelanggan Pekerja Seks Komersil

Era media sosial seolah membuka peluang para pekerja sks komersil menjajakan dirinya.Mereka bekerja sama dengan germo yang pandai memanfaatkan internet.Alhasil ,pelanggan diperolehnya hanya melalui ponsel gadget.
   Tetapi tidak semua bernasib baik.Meski sejumlah cara di upayakan,tetap saja perempuan pekerja seks komersil itu tidak laku,tetapi semua itu tidak selalu di sebabkan usia yang bertambah dan pesona tubuhnya yang berkurang,melainkan adanya faktor lain yang terjadi pada dirinya.
  Faktor lain terjadi diantaranya,karena dendam dari pelanggan sendiri,ya..setidaknya itu pengakuan salah seorang psk bernama jane (nama samaran),seorang mantan pekerja seks komersil di kawasan mangga besar ,jakarta.Perempuan berusia sekitar 35 tahun itu,kini beralih profesi sebagai pedagang makanan dan minuman di sebuah kota jawa tengah.
   "saya merasa tidak mampu lagi bersaing,"kata jane sambil tersenyum.
   Alasan tersebut sepertinya tidak masuk akal,Pada saat jane memutuskan berhenti menjadi pekerja seks komersil,usianya masih 25 tahun,yang tentu saat berada di puncak pesonanya yang tertinggi.
Lelaki bukan hanya tertarik dengan wajah dan tubuhnya.melainkan bau badan,dan kemampuan bermain di atas ranjang juga di nilai pelanggan,"jawabnya
  "apakah anda punya masalah dengan itu semua,"
   semua wanita yang sudah punya suami dan anak ini,enggan menceritakan masalah yang ada pada dirinya,namun setelah didesak akhirnya ia mau menceritakkan.Menurutnya ,ada di antara pelanggan yang merasa dendam terhadapnya hingga menimbulkan kebencian yang dalam."sebenarnya secara fisik saya tidak merasakan apapun,tetapi entah kenapa lelaki yang berkencan dengan saya semuanya mengeluh,ada yang mengatakan badan saya bau,bahkan mulut saya pun di bilang bau busuk,Padahal saya merasa biasa-biasa saja,"katanya mengenang masa sepuluh tahun.

  Saya sudah berobat ke dokter dan juga alternatif ,tetapi tidak ada hasilnya."lanjutnya.
Ketika ditanyakan "apakah dirinya mengenal dekat pria itu,jane mengangguk.
''Beberapa kali ia datang kerumah orang tua saya di kampung ,dia juga pernah melamar saya,tetapi saya tolak,"kata jane mengisahkan.ia mengungkapkan bahwa maksud pria itu mungkin baik,yaitu agar dirinya berhenti menjadi wanita malam.
  "saat itu saya merasa menjadi primadona diantara rekan-rekan seprofesi.karena saya ingin mendapatkan pria ganteng dan mapan ."ujarnya dengan nada bercanda.
Jane mengisashkan bahwa sejak dirinya menolak lamarannya,pria itu tidak pernah muncul lagi batang hidungnya.Beberapa bulan kemudian,jane mulai merasakan keanehan terhadap dirinya,satu persatu para pelanggannya pergi meninggalkan dirinya dan berpindah mengencani rekan-rekan seprofesinya.
   suatu ketika jane mendengar penuturan sahabatnya bahwa para pelanggan jane mengeluh dengan bau badan,aroma v*g*na dan bau mulutnya.Bahkan ada pelanggan yang menilai aksi jane di ranjang mirip zombie dalam film Dead Man Walking.

  "saya terkejut mendengar cerita teman sya itu,tetapi saya tidak dapat bebuat apapun,"ujar jane
"itulah yang akhirnya membuat saya mengambil keputusa berhenti menjadi perempuan malam,"lanjutnya.
Jane memilih pulang ke kampung halamannya,berkumpul bersama orang tuanya dan adik-adiknya.Bekerja membantu ayah dan ibunya menjadi petani sawah garapan.Petani yang tidak memiliki sawah sendiri,hanya bekerja dan di beri upah sesuai dengan hasil padi yang di dapatkan.
   seiring perjalanan waktu,jane mendapat pinjaman modal dari kerabatnya untuk membuka warung makan.Usaha ini berjalan dengan baik hingga kebutuhan sehari-harinya tercukupi,termasuk membiayai adiknya  bersekolah hingga tamat sekolah lanjutan atas.Pada saat bekerja di warung miliknya inilah ia mendapat seorang pelanggan pria tetangga desanya,mereka kemudian memaadu kasih hingga berlanjut ke pernikahan,kini jane hidup bahagia bersama suami dan anak-anaknya.
  Masa lalunya yang kelam telah di tutup rapatnya,Dulu ia berzinah dengan banyak pria yang hanya menginginkan tubuhnya saja,kini ia melakukan dengan suaminya dalam ikatan yang suci.
 "saya bersyukur dengan keadaan saat ini,saya bahagia bersama keluarga dan anak-anak,''ujarnya dengan seulas senyum bahagia.
sebelum meninggalkan warung ia berpesan agar jangan mengambil foto dirinya ,Dia hanya ingin kisahnya menjadi pelajaran agar jangan mengikuti profesi lamanya .
 Kisah jane cukup menarik ,hingga didiskusikan dengan seorang teman.
"wanita itu dikirimi guna-guna atau semacam santet untuk menyakitinya,"ujar sumirno
Spiritualis yang menetap di pandeglang  ini mengatakan bahwa pelanggannya memang merasa dendam lalu mencoba menyakiti agar wanita ini tidak laku dan pensiun dini dari pekerjaannya,Tetapi semua itu justru berakhir baik terhadap wanita itu,hidupnya tidak lagi bergumul dengan dosa.
  ''itulah hikmah yang didapatkan dari masa lalu yang buruk .Pelanggan yang menyakitinya tidak menduga bahwa akhirnya wanita yang disakitinya akan berakhir bahagia,"kata sumirno
"Tuhan memiliki rencana yang lebih baik terhadapnya,mudah-mudahan dia selalu mensyukuri nikmat yang di berikan Tuhan.

Cerita nyata Mbah Fanani Sang pertapa Dieng

Mbah Fanani sang PerTapa dari Gunung Dieng segera akan akhiri tapanya

Jika biasanya tapa brata banyak dilakukan di lokasi-lokasi yang sunyi dan jauh dari hiruk-pikuk kehidupan duniawi seperti di hutan atau goa, namun ternyata ada pula lelaku tapa yang dilakukan di tempat terbuka di tengah hiruk-pikuk keramaian umum. Dalam ranah mistik kejawen, tapa semacam itu disebut dengan topo rame (bertapa di antara keramaian).

Nah, topo rame itulah yang di jalani oleh Mbah Fanani selama 30 tahun. Berdasarkan beberapa informasi, Beliau juga sempat bertapa di beberapa tempat lainnya dan dalam 20 tahun terakhir inilah, Mbah Fanani diketahui bertapa di tepi jalan Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Tepatnya di sekitar 2km dari kawasan Candi Dieng. Lokasi tersebut berbatasan dengan Desa Dieng Wetan, Kabupaten Wonosobo.

mbah fanani dieng

Lelaku tapa brata biasanya memiliki tujuan tertentu. Tidak jarang tujuannya berkesan absurd di mata orang yang tidak memahaminya. Motifnya pun bermacam-macam mulai dari perkara klenik, seperti mendapatkan bisikan gaib, sampai hal-hal yang berkaitan dengan dunia politik, semisal menunggu datangnya Satrio Piningit atau Ratu Adil.

Konon, hal itulah yang menjadi motif utama pertapaan Mbah Fanani. Dia meyakini akan datangnya Ratu Adil atau Satrio Piningit yang akan memberikan kedamaian dan kesejahteraan di masanya. Untuk menyambut kedatangannya, Mbah Fanani bertapa di tepi jalan desa. Sehari-hari ia hanya duduk diam membisu di bawah tenda terpal berukuran kecil. Ia tidak pernah mengeluarkan sepatah kata pun. Makan dan minum seadanya pemberian warga sekitar. Tidak seorangpun tahu kapan dia berdiri dan keluar dari tendanya.

Namun kini sepertinya Mbah Fanani sedang bersiap-siap untuk mengakhiri tapanya. Tanda-tanda tersebut tampak setelah Mbah Fanani mulai terbuka dengan warga yang semakin ramai berkunjung ke gubuknya dengan berbagai tujuan. Dari minta nomor togel sampai naik pangkat. Padahal beberapa tahun sebelumnya, sikap Mbah Fanani sangat tertutup dan benar-benar tidak mau berkomunikasi dengan siapapun termasuk warga sekitar.

Wahyu, salah seorang warga setempat membenarkan adanya perubahan sikap Mbah Fanani. Beliau akhir-akhir ini mulai merespon orang-orang yang datang kepadanya dengan baik.

"Pernah ada seseorang yang meminta tolong agar mbah bisa membantu mendeteksi keberadaan kalung yang hilang. Mbah Fanani kemudian meresponnya dengan menunjuk sesuatu, seolah memberi pertanda. Setelah di cermati dan di telusuri sesuai isyarat Mbah Fanani, kalung tersebut berhasil ditemukan," kata Wahyu.

Wahyu sendiri pernah meminta tolong kepada Mbah Fanani. Namun ia tidak bisa mengatakan kepada publik mengenai permintaannya tersebut karena berkaitan dengan masalah pribadi dan menjaga fitnah.

"Suatu hari saya memiliki keperluan pribadi. Diam-diam saya mendatangi gubuk Mbah Fanani. Setelah saya memberitahu keluhan saya, Mbah Fanani tersenyum dan memberikan suatu benda (dirahasiakan). Tidak lama kemudian, saya berhasil menyelesaiakan masalah yang dihadapi," tutur Wahyu.

Wahyu yakin bahwa hampir semua orang yang mendatangi tempat bertapa mbah Fanani pasti memiliki masalah tertentu. Hanya saja masalahnya tentu berbeda-beda, "Ada yang dililit utang, tidak kunjung mendapatkan jodoh, atau pengangguran abadi," ujar Wahyu sambil tersenyum.

Warga setempat meyakini bahwa Mbah Fanani memiliki kesaktian. Menurut Taifin, Ketua RT 1/RW 1, Desa Dieng Kulon, seorang warga Banjarnegara mengaku pernah menemui Mbah Fanani di Makkah, Arab Saudi.

"Waktu itu pernah ada seseorang yang mengaku bertemu dengan Mbah Fanani di Makkah. Orang itu adalah seoran Cleaning Servis di Ka'bah. Dia ternyata orang Banjarnegara. Ia menuturkan bahwa saat dia membersihkan lantai di sekitar Ka'bah, Ia bertemu dan berkenalan dengan seseorang yang mengaku bernama Mbah Fanani yang tinggal di Dieng. Suatu ketika, saat si Cleaning service ini pulang kampung, dia ke sini mencari Mbah Fanani. Dan dia memastikan bahwa orang yang ditemuinya di Ka'bah adalah Mbah Fanani ini." kata Taifin.

Warga pun kemudian merasa heran mendengar pengakuan tersebut. sebab selama ini mbah fanani diketahui hanya berdiam diri di tenda dan tidak pernah terlihat pergi ke manapun.Jangankan ke makkah,sepengetahuan dia ,Mbah Fanai 19 tahun tidak pernah keluar dari tenda.
  "Memang kalau secara logika itu sulit untuk dipercaya .Tapi kenyataannya ada yang ngaku begitu sampai datang kesini ,'' ujar Taifin.
  selain itu,Mbah Fanani juga selalu menghilang saat masuk sholat lima waktu.
  "kalau pas sholat lima waktu ,Mbah Fanani juga nggak pernah ada di tendanya.Dia hilang enggak tahu kemana,"kata istri Taifin.Soal adanya pengakuan dari berbagai pihak soal kesaktian mbah Fanani,Taifin tidak pernah menyangkalnya,Namun ia percaya semua ketentuan sudah di atur oleh Allah SWT.
   "Dibilang sakti ya sakti,bukti kesaktiannya yang bisa dilihat oleh mata yaitu belasan tahun hidup ditenda terpal enggak pakai alas ,kehujanan kepanasan,padahal dingin banget disini,tapi dia bisa bertahan.Mungkin kalau orang kaya kita ,sebulan sudah meninggal,itulah yang bisa dilihat saktinya.kalau yang lainnya,bisa mendatangkan rejeki atau jodoh atau yang lainnya ,saya kurang tahu.
  Sementara menurut Narti (36),warga yang rumahnya berada di depan tenda mbah fanani,dulu pernah ada orang melempar botol minuman ke dapan tenda Mbah Fanani,terus pas di perjalanan,orang itu katanya merasa gelap,enggak bisa lihat apa-apa,dan akhirnya kecelakaan,"kata Narti
  Selain itu,lanjut Narti ada sebuah ban mobil yang bannya bocor ,tiba-tiba ban itu melayang di atas tenda mbah fanani.Warga yang menyaksikan berteriak karena menduga ban tersebut akan jatuh tepat ke atas tenda mbah fanani.
  "Tapi ternyata ban itu yang melewati tendanya Mbah Fanani,semua yang melihat takut kalau bakal kena mbah ,"tuturnya
warga pun heran saat ban tersebut bisa melewati tenda mbah fanani.Padahal jika dilihat arah jatuhnya ban,sudah pasti menimpa tenda mbah fanani.Mbah fanani juga bisa membaca aura orang yang datang ketendanya,jika ada orang datang dengan tujuan tidak baik,mbah fanani akan mengusir dengan kode lambaian tangan atau jarinya.namun apabila batinya merasa orang tersebut  baik,maka mbah fanani pun akan mengajak masuk dengan lambaian jarinya pula.
  "Dia tahu kalau kira-kira orang yang datang tujuannya enggak baik,Mbah Fanani pasti enggak mau (ditemui) dan ngusir,"kata narti.
   Tak hanya itu warga sekitar pun tidak semua bisa mendekatinya.Mbah fanani pernah menolak beberapa warga yang kurang pas di hatinya ,ketika akan memberi makan atau membersihkan tendanya.
  ''Bukan cuma tamu,semua warga disini juga ada yang enggak mau kalau di kasih makan atau bersihin tendanya,yang setiap hari ngasih ya Ibu Uripah,yang punya rumah di belakang tendanya ,"ujar Narti.
   Bahkan jika Mbah Fanani tidak ikhlas setiap tamu yang berkunjung lalu meminta foto maka hasilnya tidak terlihat.
 "kalau enggak ikhlas foto juga enggak kelihatan ,saya sering lihat tamu foto tapi hasilnya enggak ada.sering saya lihat begitu,"kata widodo955),juga warga setempat.

tempat bertapa mbah fanani

tenda tempat bertapa mbah fanani

lokasi bertapa mbah fanani

 Mbah Fanani  melakukan tapa rame dengan cara duduk di dalam tenda berukuran 2 x 1 meter dan tinggi sekitar 1 meter yang berada tepat di tepi jalan.Didalam tenda terdapat kain dan sarung kotor,beberapa botol mineral,sebuah gelas dan piring.Sang pertapa memakai kain sarung berwarna biru dan selembar kain warna hitam yang menutupi bagian tubuh atasnya .Tentu saja pria ini tergolong luar biasa dalam hal ketahanan tubuhnya melawan hawa dingin.Sang Pertapa berkulit bersih,Hal ini disebabkan dirinya tidak pernah terkena sinar matahari,Sementara rambut gimbalnya terurai sepanjang lebih dari 2 meter,diameter ketebalan rambutnya mencapai 10 sentimeter.
  Pada salah satu sisi tenda tersebut terdapat selembar plastik yang di fungsikan sebagai pintu,Ketika mencoba membuaka pintu tersebut seketika tercium aroma tidak sedap,Namun demikian tidak tampak adanya kotoran manusia.Inilah yang menimbulkan keheranan saya dan juga warga sekitar,Betapa tidak,mbah fanani tetap makan dan minum,tetapi tidak seorang pun melihatnya keluar dari tenda untuk membuang kotoran,Meski ada dugaan,dia keluar dari tenda pada tengah malam hari disaat tidak seorangpun berada di sekitar lokasi.
  Sang pertapa mendapatkan makanan dan minuman sekedarnya saja dari warga sekitar.jadi tidak ada yang secara khusus menyiapkan makanan.Seorang pedagang makanan yang berada tidak jauh dari lokasi mengaku biasa memberi makan kepada sang pertapa,
Jika ada yang penasaran kamu bisa menemuinya di pegunungan dieng

Update: Berdasarkan berita terbaru, ternyata Mbah Fanani saat ini sudah tidak tinggal di Dieng lagi.

Kepala Desa Dieng Slamet Budiono membenarkan kejadian itu. Mbah Fanani dijemput belasan orang pada Rabu, 12 April 2017. 

"Ada 10-15 orang datang pakai mobil, terus mengajak Mbah Fanani naik," kata Slamet kepada detikcom, Minggu (16/4/2017). (Sumber berita

Dan kabar baiknya, kemudian Mbah Fanani diketahui berada di petilasan Syech Dampu Awang, Blok Talam Kulon Desa Sudimampir, Balongan Indramayu. Dalam keadaan sehat walafiat.

Foto diambil dari cirebontrust.com

Mbah Fanani dijemput oleh utusan Abah Rojab, seorang yang dituakan sebagian warga Indramayu. Dan konon merupakan keinginan Mbah Fanani sendiri setelah berkomunikasi secara bathin dengan Abah Rojab. Wallohu Alam.

Tangis kuntilanak sungai Dareh cerita mistik terbaru

Tangis kuntilanak di pinggir sungai dareh

Kisah marni yang menenggelamkan anaknya sendiri

Aku, Nuning, Raras, Tika, berkemah di sungai Dareh untuk yang pertama kalinya. Kami memilih tempat yang masih berhutan, jauh di hulu, namun tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk. Begitu sampai di lokasi yang kami inginkan, kami segera mencari posisi strategis untuk mendirikan tenda. Untuk persiapan di malam hari, kami juga mulai mengumpulkan ranting-ranting kayu kering untuk membuat perapian. Saat kami menyusuri aliran kali, tampak seperti ada rawa-rawa. Akar pohon bambu menjuntai ke sebuah sungai  yang airnya cenderung tenang dan berbatu. Ada juga beberapa tepian landai yang sangat cocok untuk merendam kaki kami yang cukup lelah berjalan menyusuri area hutan. Angin lembut berhembus menyentuh pepohonan bambu yang masih cukup lebat lalu meniup pori-pori tubuh kami.

Kami memasuki tenda setelah kami merasa puas berjalan-jalan melihat keadaan sekeliling. Tika tampak mengeluarkan laptop dari ranselnya. Tidak salah lagi, ratu sosmed ini pasti akan update status di sosmed. Aku, Raras, dan Nuning sibuk mengondisikan tas berisi makanan dan camilan yang cukup banyak kami bawa untuk persediaan. Malam semakin larut, cuaca di sana cukup dingin, kami pun membuat perapian untuk menghangatkan tubuh kami. Keheningan hutan mulai merangkak naik. Dalam keheningan tersebut, tiba-tiba terdengar sayup suara perempuan sedang menangis. Hm,, sepertinya dari arah pinggir sungai. Kami hanya saling berpandangan dan bertanya-tanya, suara apakah itu?

"Tik, kamu mendengar sesuatu?" tanyaku pelan karena bulu romaku mulai merinding. Tika diam saja, begitu juga teman yang lainnya. Masing-masing mencoba memempertajam pendengarannya.

"Eh, Iya suara orang nangis kayanya.." bisik Tika kemudian.

"Kamu dengar, Ras, Ning?'' tanyaku pula kepada yang lainnya.


"Ih...Serem, ah!" Nuning bergegas memasuki tenda. Diantara kami, Nuning memang paling penakut.

Kami semua menyusul nuning kemudian dan menutup tenda rapat-rapat. Beberapa menit lamanya, kami hanya saling berpandangan di dalam tenda. Namun terus terang aku sendiri dan sepertinya yang lainnya juga merasa penasaran pada suara yang kami dengar bersama-sama. Apakah telinga kami yang salah tangkap?? Ah, mudah-mudahan saja itu hanya suara gesekan pohon bambu yang tertiup angin. Kami pun merebahkan diri masing-masing. Namun, rasa penasaran masih menghantui kami. Antara ingin tahu dan takut!

Baru beberapa saat kami berebah, tiba-tiba suara itu datang kembali dan sontak membuat kami bangkit dan saling berpandangan. Tidak salah lagi! Kali ini kami yakin bahwa itu memang suara seorang perempuan yang sedang menangis.

"May....!" Nuning memanggilku. "Suara apa itu...?" tanyanya dengan wajah pucat. Aku diam."Benarkan.. itu.. suara orang nangis.. kan?'' lanjutnya dengan suara gemetar. "Ia, sepertinya memang benar, May.." Desis raras. "Ngapain juga malam-malam gini orang nangis di pinggir sungai?!'' Sepertinya Nuning mencoba menghibur diri.

Tangisan tiba-tiba menghilang. "Udah.. udah.. tidur, yuk!" kataku mencoba menenangkan mereka sambil merebahkan diri. Nuning, Tika, dan Raras juga pelan-pelan merebahkan diri kembali. Namun, lagi-lagi suara tangisan tersebut terdengar kembali. Dan kali ini sangat jelas. Kami berpandangan dan merapatkan barisan. Nuning tampak mendekap Raras, dan menutupu mukanya dengan selimut. Kami mulai curiga, Jangan-jangan kami sedang berhadapan dengan mahkluk halus yang sering disebut sebagai Kuntilanak.....?!

Setelah beberapa saat hilang lagi, tangisan itu terdengar kembali, kali ini lebih keras, sepertinya sangat dekat dengan kami. Sontak kami semua sangat panik. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Kami memang sangat takut, namun juga cukup penasaran. Tapi keberanian kami tidak cukup untuk menggerakan kaki dan meyakinkan langsung darimana sumber suara tersebut. Apa mungkin semalam itu ada orang yang mencoba menakut-nakuti kami? Karena kami semua perempuan? Atau mungkin teman sekelas yang menyusul dan kemudian mengisengi kami? Ya, kami hanya terus berusaha menepis pikiran buruk mengenai makhluk menyeramkan itu sambil berharap malam cepat berlalu. Keringat dingin mulai membasahi tubuh kami. Suara tangisan itu seperti menawan kami di tempat yang gelap, pengap, dan asing! Namun, syukurlah, suara tersebut berangsur-angsur hilang, diganti dengan sayup-sayup ayam jantan kukuruyuk. Pukul dua lewat! Tangisan itu lenyap.  Dan untuk waktu yang cukup lama kami terus memusatkan pendengaran sebagai reaksi waspada tingkat tinggi. Namun, kami merasa lega, ia tidak kembali. Aku sendiri mulai merasakan kantuk yang sangat berat. Akhirnya, satu persatu kami tumbang. Terlelap.......

Sinar matahari sudah menerobos masuk tenda kami dan menyibak lelap tidur kami. Satu persatu kami keluar dari tenda sambil memperhatikan keadaan di sekeliling tenda. Raras dan Tika tampak semangat "ngulet", kecuali Nining. Ia tampak sedang mengemasi ranselnya.

"Lho mau kemana, Ning?" Tanyaku heran.
"Kita pindah dekat pemukiman penduduk aja, atau lebih baik pulang aja!"

Mendengar Nuning, kami bertiga tak tahan menahan tawa. Tawa kami meledak. Mendadak kami seperti memiliki tambahan keberanian, karena salah satu teman kami ngedrop.


Namun, walau bagaimanapun, Nuning adalah sahabat kami. Kami harus membulatkan tekad kami untuk tetap bersama dalam suka dan duka. Oleh karena itu, kami kompak membujuknya dengan berbagai cara. Dan syukurlah kami berhasil menahan Nuning untuk bermalam sehari lagi.

Saat kami sedang asyik menikmati suasana lokasi perkemahan yang cenderung masih perawan itu, ada seseorang, sepertinya penduduk setempat menawarkan ikan hasil tangkapannya dengan murah. Tentunya kami tidak mau kehilangan kesempatan itu. Yeah,, mantap! Ikan segar sebagai menu siang ini.

Peristiwa yang terjadi tadi malam kami share melalui sosmed dan menjadi bahasan seru diantara teman-teman kami lainnya. Diantara mereka ada yang juga merasa ngeri, merasa khawatir, atau berbagi cerita serupa yang pernah mereka alami, namun tidak sedikit yang malah menakut-nakuti kami.

Dalam keseruan, waktu selalu terasa berlalu terlalu cepat. Sudah sore. Dan singsasana malam pun datang. Itu adalah malam terakhir kami di tempat tersebut seperti kesepakatan kami dengan Nuning. Rencananya, besoknya, paling lambat sore hari kami sudah harus kembali ke rumah masing-masin. Kami juga mencoba meyakinkan Nuning bahwa tangisan itu tidak akan terdengar lagi malam ini. Kalaupun terjadi lagi, kita bisa lari ke rumah penduduk. Yakin? Tapi Nuning pastinya tidak begitu yakin. Begitu pula aku sendiri.

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Di depan api unggun, kami asyik berbagi cerita. Berbagai cerita yang dialami masing-masing. Kami mencoba melupakan kejadian yang dialami kemarin dan mencoba meyakinkan bahwa Kuntilanak itu hanya ada di film! Sesekali kami saling mengejek dan lalu pecah tawa. Malam api unggun memang selalu menarik buat saya, dan juga teman-teman. Namun kali ini berbeda, suara tangisan itu kembali terdengar. Sangat jelas dan keras! Tanpa sempat berpikir panjang, kami belingsatan memasuki tenda...

Makhluk itu seolah menghardik kami karena kami masih berani berada di tempat tersebut. Di dalam tenda, Nuning tampak tertekan sekali dan menangis seperti anak kecil. Ia juga setengah menyalahkan kami karena kami yang membujuknya untuk tetap tinggal malam ini. Semetara itu, tangisan perempuan itu belum juga berhenti. Terkadang seperti menjauh, terkadang pula terdengar sangat jelas seperti di bawa angin kearah tenda kami. Keadaan itu berlangsung hingga pukul satu dini hari! Setelah itu, berhenti cukup lama.

Wajah masing-masing tadi sudah tampak pucat pasi, kini berangsur kembali normal. Sepertinya tangisan itu tidak akan terdengar lagi seperti kemarin. Karena sudah cukup tenang, kami pun mulai merebahkan diri. Namun, baru beberapa menit berebah, terdengar langkah kaki orang yang berjalan menginjak ranting dan daun-daun kering mendekati tenda kami. Kami hanya bisa menelan ludah, apa lagi ini?? Siapa yang datang itu? Diakah? Kuntilanak? Bergaun putih dengan rambut yang panjang tergerai dan mata melotot? Detik-detik yang begitu mencekam. Berbagai spekulasi buruk mulai menghantui kami saat itu.

"Nak...Nak..." Terdengar suara berat khas laki-laki. "Nak, ini Bapak yang tadi siang menjual ikan." Kami saling berpandangan. Suara panggilan itu seperti memberi pasokan energi buat kami.

Tapi, apa benar?? Masih dengan tetap gemetar, aku memberanikan diri menyibakan tenda sedikit. Terlihat seorang bapak tua menenteng lampu berdiri di dekat api unggun yang masih menyala.
Sepertinya itu memang orang yang sama dengan bapak yang menjual ikan tadi siang. Aku memperhatikan kakinya, menginjak bumi apa tidak? Konon, makhluk astral tidak menginjak tanah. Syukurlah, tapak kakinya jelas menapak ke bumi. Dia memakai sendal jepit dengan jari jempol kakinya yang kelihatan besar. Aku pun segera keluar dan mendekati bapak penjual ikan tersebut.

"Hm.. Mohon maaf, apa benar ini bapak yang tadi siang menjual ikan?''
"Iya, kita baru tadi siang bertemu''
"Maaf, pak.. soalnya..."
"Oh, iya. Tidak apa-apa. Apa kalian mendengar sesuatu?" Si Bapak tersenyum. Aku memandang lekat wajah si bapak, tampaknya dia tahu apa yang terjadi di sini.
"Betul, Pak! Sudah dua malam kami mendengar suara tangisan perempuan. Sepertinya arahnya dari pinggir sungai sebelah sana, Pak." Tunjukku ke arah tepi sungai yang landai.
"Hm... " Bapak itu menghela nafas dan tampak mengelus dagu, lalu duduk di atas rumput sekitar api unggun sambil meletakan lampu yang dia bawa.

Nuning, Tika, Raras satu persatu perlahan keluar dari tenda dan bergegas mendekatiku dan bapak tua itu.

"Itu sudah saya duga. Makanya saya menemui kalian. Saat sedang terang bulan seperti sekarang, di sepanjang sungai ini, dia sering memperlihatkan diri sambil menangis."
 "Hah, siapa dia Pak?'' Serobot Nuning.
Bapak tua itu memasukkan ranting kering ke dalam api unggun sambil tersenyum menanggapi pertanyaan Nuning. Kami menjadi penasaran.
"Dulu, tujuh tahun lalu...."
"Ok tolong ceritain, Pak."
''Namanya Marni. Dia menikah dengan warga sekitar sini juga. Mereka di karuniai satu anak perempuan. Kehidupannya tampak normal layaknya keluarga lainnya. Namun semuanya berubah setelah diusia tiga tahun pernikahan mereka, suaminya meninggal dunia tertimbun longsor di tambang batu bara tempat dia bekerja. Setelah itu, Marni tampak sangat terpukul. Ia sering terlihat termenung seorang diri di sepanjang tepian sungai ini, hingga ia tampak sangat depresi. Setahun kemudian, ketika Marni mulai tampak membaik, ada seorang lelaki yang menyukainya dan ingin menikahinya. Marni pun menyukai lelaki tersebut. Lelaki itu adalah seorang pedagang yang cukup maju. Tapi sayang, begitu mengetahui bahwa Marni seorang janda dan memiliki seorang anak, lelaki itu tidak jadi menikahi Marni. Marni merasa sangat kecewa. Lelaki itu masih bisa menerimanya, jika Marni tidak memiliki anak." Bapak tua itu berhenti sejenak, dan meniup lampu yang dia bawa untuk menghemat energi.
"Lalu, Pak....?" Tanyaku penasaran.
"Akhirnya suatu hari...." Bapak tua itu tampak berat melanjutkan ceritanya.
"Suatu hari kenapa, Pak?'' serobot Nuning
"Marni sangat tertekan atas nasibnya. Rupanya, kejadian itu membuat matanya gelap. Suatu hari Marni menenggelamkan anak perempuannya yang baru berusia empat tahun dipinggir sungai ini sampai meninggal dunia, supaya lelaki itu mau menerimanya."
"Ha.....!" kami semua terperanjat.

"Setelah itu, Marni menemui lelaki tersebut dan menceritakan bahwa dia kini sudah tidak punya anak lagi karena sudah di bunuh di sungai. Mendengat itu, lelaki tersebut malah marah dan menuduh Marni sudah gila karena berani membunuh anak kandungnya sendiri. Lelaki itu akhirnya pergi entah kemana menghindari marni yang terus mengejarnya. Marni makin kecewa, namun akhirnya dia menyadari kesalahannya. Tiap hari dia mencari anaknya ke sungai ini, tiap hari dia menangis menyesali perbuatannya. Hingga suatu hari, Marni....."
"Marni kenapa, Pak?'' Nuning lagi-lagi memotong cerita Bapak penjual ikan itu.
"Marni gantung diri."
"Haaa....jadiii.......??!!!"  
"Ya, dia gantung diri tepat di tempat kalian mendirikan tenda..."
 "Haaaaaaa.....??!!!" Sontak kami terperanjat dan saling merapatkan posisi duduk.
"Tapi, untungnya upaya bunuh diri yang dilakukan Marni itu keburu di ketahui penduduk setempat, sehingga dia cuma 'nyaris' mati saja dan masih bisa di selamatkan."
"Huh, Bapak ngagetin saja! Saya kita jadi matinya." ketus Nuning dengan wajah masih pucat.
Si Bapak tertawa.
"Begitulah, Nak cerita tentang Marni. Jadi, kalau kalian mendengar tangisannya lagi, jangan khawatir, itu Marni. Bapak jamin dia tidak akan mengganggu kalian, sudah ya Bapak tinggal dulu ya, Nak,"
"Baiklah, terima kasih banyak, Pak sudah mau datang melihat kami," balasku lega.
"Sama-sama, Nak." Bapak tua itu tampak menyalakan kembali lampunya dengan api unggun, lalu berbalik dan melangkah perlahan meninggalkan kami.

Satu persatu kami memasuki tenda dengan perasaan lega. Kehadiran bapak pencari ikan itu serta ceritanya tentang Marni, membuat kami merasa simpati kepada perempuan itu. Ya, walaupun dia sudah membuat kami gemetaran tak karuan. Sepertinya, Marni hanya ingin tangisan penyesalannya di dengar orang lain, itu saja.

Kami pun memejamkan mata berusaha untuk tidur secepatnya. Tetapi mata kami seperti enggan di pejamkan. Kisah tragis Marni benar-benar membekas dalam pikiran kami. Senang sekali jika pagi lebih cepat datang menghampiri kami. Kegelisahan masih tetap hinggap dalam diri kami masing-masing, apalagi setelah mengetahui bahwa tempat kami terbaring saat ini adalah tempat dulu Marni melakukan upaya bunuh diri dengan cara gantung diri. Rasanya gatal sekali untuk update status di sosmed, berbagi cerita mencekam namun menarik untuk dijadikan bahan obrolan.

Beberapa saat kemudian, dalam keadaan antara terjaga dan ingin segera cepat tidur, tiba-tiba tangisan itu terdengar kembali, kali ini sangat keras! Oh God.....sepertinya Marni berada sangat dekat dari tenda kami. Kami ingat pesan bapak penjual ikan tadi, bahwa Marni tidak akan mencelakakan kami, Karena dia hanya ingin tangisan penyesalannya didengar. Lagi pula bapak tua itu pasti rumahnya tidak jauh tenda kami, jadi kami bisa lari kesana kalau-kalau marni berniat mencelakakan kami. Lalu suara daun dan ranting yang terinjak kaki mulai terdengar jelas, makin lama makin dekat kemudian berhenti tepat di depan tenda. Walaupun sudah mendengar cerita bapak tua tadi, kami semua masih sangat ketakutan. Kami berharap akan mendengar suara bapak tua itu lagi yang memanggil kami nak......nak... tapi tidak ada!

Apakah itu Marni? Bukankah hanya ingin tangisannya didengar saja? Apa kali ini dia ingin curhat dan memberi nasihat kepada kami sebagai sesama perempuan supaya tidak boleh sampai frustasi seperti dia? Tapi mudah-mudahan tidak seperti itu. Kita belum tahu apa yang akan terjadi selanjutnya jika Marni benar-benar berada di hadapan kami. Dia tidak bisa diduga. Semoga saja suara langkah kaki tadi adalah Bapak tua yang sengaja menjaga tenda kami, harapku, pastinya juga harapan Nuning, Raras, dan Tika. Tapi kenapa ia berhenti cukup lamadi depan tenda?


Akhirnya pecah juga rasa penasaranku. Aku segera bangkit, lalu nekad menyibakkan pintu tenda agar urusan ini segera berakhir, pikirku. Dan,..... di depan tenda sekarang aku jelas melihat, bukan si Bapak tua penjual ikan, tapi Marni! Matanya melotot, rambutnya tergerai panjang sekali. Mataku jelas sekali melihat sosoknya, inikah wujud Marni? Apa mungkin Bapak penjual ikan tadi telah memberi kami cerita bohong kalau-kalau Marni sebenarnya telah meninggal gantung diri di tempat ini?? Sepertinya begitu, Si Bapak berbohong. Lidahku yang tadi kelu tiba-tiba bertenaga dan langsung berteriak kencang: "Kuntilanaaaaakkkk!!!"

Lalu di susul teriakkan Nuning, Raras, dan Tika. Aku lari secepat mungkin meninggalkan tenda dan di ikuti oleh Nuning, Raras, dan Tika. Namun, baru beberapa puluh meter kami berlari meninggalkan Marni, aku melihat si bapak tua penjual ikan di bawah pohon dengan lampu minyaknya. Dia sedang mentertawai kami, dan hah?!!! Kali ini, Kakinya tampak tidak menginjak tanah! dia seperti melayang diatas ilalang. Jadi, rupanya dia juga .....?? "Setaaaaannnnn!! Kuntilanaaakk!!!"

Aku terus berlari, makin kencang, di ikuti oleh Nuning, Raras, dan Tika. Aku tak peduli lagi dengan apa yang sedang terjadi, yang pasti aku harus berlari secepat mungkin untuk menyelamatkan diri.

Mungkin ini memang salah kami karena telah dengan lancang mengganggu ketenangan mereka. Kami salah telah membuat tenda terlalu jauh dari perkemahan umumnya, juga tanpa permisi mendirikan tenda di tempat yang ternyata sebagai tempat bunuh diri seorang Marni!

Hah! menyeramkan sekali. Kisah tentang marni dengan tangisannya itu adalah cerita yang tragis sekaligus menyeramkan di sungai dareh.

Cerita mistik Kakek pemikul kepala manusia


Hantu kakek pemikul tumpukan kepala manusia di cerita mistik nyata terbaru Kadang karena keluyuran malam, sering menjumpai fenomena mistis yang mungkin menarik jika di bagikan ke pembaca, untuk memudahkan penulis memakai sudut pandang aku.

Pada suatu malam, aku keluar rumah dengan tujuan untuk mencari angin dan menghilangkan rasa penat setelah seharian bekerja, waktu itu baru jam sembilan malam, Begitu keluar dari rumah langkah kaki kuayunkan menuju ke arah jalan raya. Tak seperti biasanya malam itu suasana cukup ramai
bahkan kendaraan pun masih hilir mudik, padahal pada hari-hari lain, baru jam delapan malam saja kota majalengka sudah  terasa begitu sepi.

ketika langkah kakiku mendekati GGM (gelanggang generasi muda), suasana semakin ramai, karena ada pasar malam.aku sendiri memutuskan untuk segera meninggalkan lapangan GGM. Tak jauh dari tempatku berada kulihat seorang gadis remaja sebaya anak SMU sedang berdiri dengan resah, wajahnya cantik sekali, berkulit kuning langsat dan nampak seksi menawan, sementara pakaian yang dikenakannya berupa kaos berwarna merah muda dan celana pendek berwarna putih. Pakaian ini menurutku terlalu menggoda lawan jenis, tak heran bila beberapa anak lelaki yang lewat di hadapannya, menyempatkan diri memandangnya dengan tatapan nakal.


Yang membuat saya tertarik bukan karena keseksiannya,melainkan karena kegelisahan yang nampak pada wajahnya  dan sikapnya. ya, mata gadis itu terus menerus menatap orang-orang yang lewat seperti ada seseorang yang dicarinya. Dugaan ku di terpisah dari keluarga atau teman-temannya.

Terdorong oleh rasa kasihan, aku lalu mendekatinya, siapa tau dia membutuhkan bantuan. Aku tak merasa canggung sedikitpun, karena sudah terbiasa menghadapi anak-anak remaja. Bahkan dirumah, aku memiliki banyak murid privat yang sebaya gadis ini. "sepertinya adik sedang mencari sesuatu, apa perlu saya bantu?'' tanyaku setelah berada disampingnya.

Gadis itu seperti terkejut, lalu berpaling menatapku. sesaat kemudian, dia menjawab, bahwa tadi ia berdesak-desakkan  di pintu lapangan, dirinya terpisah dari teman-temannya yang lain. Ya perkiraanku ternyata tidak meleset, kataku dalam hati.

"Kelihatannya mereka menuju kearah mana?" tanyaku lagi
"Saya tidak tau, tapi yang jelas, mereka pasti sedang mencari saya" jawabnya
"Bagaimana kalau kita cari teman-temanmu itu ketengah lapangan dan ke stand-stand pameran?'' kataku
"Saya tidak sanggup kalau untuk berdesak-desakkan lagi seperti tadi" jawabnya
"Apakah adik dan teman ada yang bawa hp?''
salah seorang teman ada yang bawa, tapi saya tidak, hp saya ketinggalan dirumah''.
"kalau begitu lebih baik segera pulang saja,rumahmu dimana?"

Gadis semampai yang mengaku bernama reni ini, lalu menyebutkan alamat rumahnya. "Angkot yang kearah timur memang masih banyak tapi saya tidak berani pulang sendirian. sebab dari jalan raya kerumah saya masih harus jalan kaki cukup jauh, melalui jalanan kampung yang sepi dan melewati kebun, kebun. kalau malam keadaannya sangat menyeramkan.

"Saya takut!"
"Bagaimana kalau saya anterin?"

Mendengar tawaranku, Reni tidak langsung menerima, dia malah memandangku lekat-lekat, sesaat kemudian barulah dia tampak mengangguk seraya bertanya ,"Apakah kakak tidak keberatan?''

"menolong orang adalah kewajiban manusia", jawabku singkat.

Setelah sepakat  kami lalu berjalan beriringan menuju ke sebelah selatan, lalu ketimur dimana angkutan kota biasa mangkal. Kami langsung naik angkot yang penumpangnya cukup penuh dan siap berangkat, kendaraan langsung melaju dan tak lama berselang kamipun tiba di belokan jalan yang menuju rumah Reni.

Kini, langkah kami mulai menyusuri jalanan kecil yang sepi, terdengar suara lolongan anjing dari kejauhan, tanpa segan-segan Reni merapatkan tubuhnya padaku serta memegangi tanganku.
Ah, kasihan gadis ini nampaknya benar-benar ketakutan, belum berapa lama berjalan tiba-tiba didepan kami nampak seseorang yang sedang menuju kearah yang sama, sambil memikul sesuatu. Entah apa yang dipikulnya, sepertinya orang itu berjalan dengan sangat lambat sehingga dalam waktu singkat tersusul oleh kami, dalam keremangan malam, wajah orang itu tak begitu jelas tetapi ada kemungkinan dia adalah kakek-kakek karena jalannya agak membungkuk. Dia memakai baju dan celana hitam, mengenakan topi berbentuk kukusan atau caping, serta tidak beralas kaki.


Ketika mataku melirik keWadah yang terbuat dari anyaman bambu yang dipikul ,ternyata isinya durian.Namun hidungku sama sekali tidak mencium bau harum menyengat yang biasanya keluar dari bau buah durian.

"Maaf kek kami duluan,"kataku saat kami hendak mendahuluinya.

Si kakek terdengar menggumamkan kata-kata yang tidak jelas artinya, dengan suara yang agak sengau,

"Aneh setelah bertemu kakek itu merasa takut sekali, Kak!" bisik reni begitu jarak kami agak jauh dari kakek pemikul durian.

"Ah, itu hanya perasaanmu saja, oh iya rumahmu masih jauh?" aku mencoba mengalihkan perhatian
"Tidak begitu jauh lagi kira-kira tiga ratus meter dari belokkan itu," jawab Reni.

Baru saja memasuki jalan belokkan yang dimaksud, mata kami langsung terbelalak. Entah bagaimana caranya tiba-tiba si kakek pemikul durian tadi, nampak sudah beberapa langkah didepan kami. Seolah kakek itu hendak mencegah langkah kami. Aku langsung menduga bahwa si kakek itu bukanlah manusia biasa, melainkan sebangsa hantu. Tiba-tiba Reni menyeret tanganku, kemudian berlari dengan penuh ketakutan.

Saat melewati si kakek saya menyempatkan diri untuk melirik lagi isi wadah yang dipikulnya. ya ampun, kini sudah berubah .bukan lagi berisi buah durian. Tetapi tumpukan kepala manusia. Yang menakutkan, kepala-kepala itu kelihatan masih hidup. Matanya berkedip-kedip sementara mulutnya menyeringai menyeramkan.

Untungnya Reni berlari sambil berusaha memalingkan wajahnya dari si kakek sehingga tidak melihat isi wadah tersebut. Celakanya dia tidak sempat melepaskan pegangan pada tanganku. Akibatnya akupun terjatuh menimpa tubuh Reni dari belakang, Aku buru-buru bangkit lalu menengok kebelakang melihat kakek itu, ternyata hantu kakek itu telah raib entah kemana.

"Maaf tadi aku menindih kamu,saat jatuh" kataku meminta maaf

Reni tergelak lalu berkata, "itu kan tidak sengaja? Sebenarnya sayalah yang salah karena kurang hati-hati dalam berjalan. Sejak awal bertemu saya sudah tau kalau kakak ini memang niat menolong tak ada niatan jelek.itulah sebabnya makanya saya langsung percaya.

Kalau niat seseorang jelek, walaupun secara lahiriyah dikemas dalam kebaikan, saya pasti merasakannya dan sudah tentu pula akan segera menolak bantuan yang di tawarkan.

setelah terdiam sejenak lalu aku menyambung, "Eh ngomong-ngomong nanti setibanya dirumah, tolong teman-temanmu segera ditelepon supaya merasa tenang."
"itu sudah pasti.bahkan saya akan meminta papa untuk menjemput mereka dengan mobilnya" jawabannya sungguh-sungguh. wah kalau memiliki mobil reni orang kaya, kataku dalam hati.

 Akhirnya, Reni selamat sampai dirumah, ketika aku pamitan ayahnya Reni bermaksud mengantarkanku sampai rumah, sekalian menjemput teman-teman anaknya. tetapi niat baik kutolak dengan alasan aku pura-pura menjumpai seorang teman yang kebetulan masih daerah deket rumahnya Reni.

Dalam perjalanan pulang, dihatiku muncul beberapa pertanyaan: hendak kemana kakek yang tadi menampakkan diri? Lalu kepala siapa yang dia bawa? Kepala silumankah atau kepala orang-orang yang melakukan pesugihan, namun yang pasti hantu ini sengaja mengganggu kami.

Cerita mistik uang balik hasil jual sate burung

Gila,demi uang nekat jualan sate di kuburan   Banyak cara orang untuk mencari kekayaan baik yang halal dan haram, Disini penulis akan bercerita dengan menggunakan sudut pandang Aku dalam cerita ini, tapi bukan penulis yang mengalaminya.
  saya bekerja di pemasaran media cetak, seperti majalah, tabloid dan koran.usaha ini memang cukup menguntungkan bagi kami,ya setidaknya cukup untuk kelangsungan hidup kami sekeluarga.Namun setelah merebaknya media online, yang bissa dibaca lewat hand phone, membuat penghasilanku
menurun,mungkin karena semakin banyak orang membaca berita ataupun mencari informasi via internet atau media online yang dirasa lebih praktis dan cepat.

  Walaupun begitu saya masih untung masih ada media cetak yang terbit secara berkala seperti tabloid dan majalah, sehingga usahaku masih berjalan dan bertahan.Namun saya masih teteap bersyukur karena melalui bismis ini teman, dan kenalan saya bertambah banyak dan pergaulanku semakin luas.
Dari pergaulan yang luas itu pada suatu hari saya berkenalan dengan Herman, salah satu pebisnis barang-barang bertuah seperti Bambu pethuk, samurai, uang kuno, kol buntet, batu akik, dan jenglot.
   Dari ceritanya yang semenarik itu, membuat saya tertarik untuk mengikuti bisnisnya, sebab kelihatannya menjanjikan perubahan nasibku, untuk mencapai kekayaan. Saya pun mulai terjun dan terlibat bisnis ini, seperti mencari pembeli maupun mencari barang-barang bertuah.
  Hampir setiap hari saya dan herman pergi keluar kota untuk menawarkan dan membeli barang-barang bertuah, yang padahal harganya puluhan juta rupiah,sehingga teraksa menguras uang tabungan saya dari hasil usaha media cetak, Namun sedikit demi sedikit tabungan saya akhirnya habis. Baru belakangan ini baru saya ketahui herman ini ternyata salah satu sindikat penipuan dengan modus barang bertuah.

  Herman dan teman-temannya,berulang kali meminta transfer uang kepadaku dengan dalih untuk menemui pembeli barang bertuah, ketika saya tidak bisa pergi bersama untuk mengantarnya. Yang mana para calon pembeli selalu ada di kota-kota besar entah di jakarta, bandung, surabaya, semarang, dan kota-kota lain yang jauh dari tempat tinggalku.
  Entah kenapa masih terbuai angan-angan yang belum terbukti menjadi kenyataan, Barang  yang saya beli dengan harga puluhan juta rupiah berharap mendapat imbalan hasil milyaran rupiah tidak satupun yang terbukti. Banyak alasan yang herman dan temannya katakan diantaranya samurainya gagal tes tidak bisa memotong paku lah, bambu pethuknya kurang baguslah, yang jelas pandai-pandainya mereka beralasan.
  Akhirnya saya mengalami pailit,dan kebangkrutan, belum lagi menanggung hutang jutaan rupiah. serta barang-barang miliku terjual habis seperti mobil dan sertifikat rumah juga telah digadaikan sebagai jaminan hutang uang di Bank. Untuk menghidupkan usaha media cetak saya yang sudah hancur. Karena sudah terlanjur basah tercebur di jurang kenistaan membuat ragaku limbung,pikiran dan jiwaku kalut,membuatku depresi berat.
   Suatu malam saya berjalan kaki menyusuri tempat-tempat sepi, melepaskan diri dari hiruk pikuk dan keramaian untuk mencari jalan hidup dan penghidupanku yang mengalami kebangkrutan. Tanpa terasa perjalanan yang saya tempuh sudah begitu jauh dan melelahkan, hingga saya terperosok di tengah makam terdapat tumbuhan pohon Preh besar, pohon itu tumbuh liar dan besar-besar disana-sini tidak beraturan di hamparan pemakaman yang tidak begitu luas, yang dipenuhi batu nisan tampak usang dan berdekatan.
  Dibawah pohon preh yang begitu besar itu aku duduk termenung, pikiranku bergolak tidak menentu meratapi langkahku yang salah dan tertipu. Ditengah lamunanku tiba-tiba saja muncul makhluk tinggi besar, tubuhnya di penuhi bulu-bulu hitam, matanya merah dengan sorot yang tajam, menatapku dengan bengis dan tidak bersahabat, saya pun seketika ketakutan,berkeringat dingin, diantara rasa takutku yang hebat itu, tiba-tiba saja dia mengeluarkan suara yang menggelegar.
  Sosok misterius mirip gendruwo itu mengeluarkan wangsit agar saya mencari burung engkak (burung mirip gagak, berbulu hitam, tetepi tubuhnya lebih kecil dan paruhnya merah), untuk tumbal ritual pesugihan danyang di makam wulung ini. Tanpa berpikir panjang saya beranjak dan bergegas pulang.
  Namun, meski di sudut-sudut pasar burung telah ditelusuri tidak ada pedagang yang menjajakan burung tersebut,y ang belakangan diketahui ternyata burung engkak termasuk burung dilindungi. Karena saking risaunya saya menghubungi herman lewat telepon, padahal setelah herman dan sindikatnya telah menipuku,kabur dan tidak tau kemana rimbanya.Untung saja Herman mau mengangkatnya, lewat telepon saya tanyakan Penjual gelap burung engkak yang dimaksud dan yang wulung tersebut.saya sengaja memilih menghubungi herman karena dia berpangalaman bergerak di dunia hitam.
  Dari herman saya disuruh mendatangi sebuah desa di bukit terpencil  di jawa timur. Didesa tersebut harus menemui mbah salam,s alah seorang dukun yang juga menjual burung engkak, disana mbah salam juga memberi informasi bagaimana cara melakukan ritual pesugihan dengan tumbal seekor burung engkak yang saya maksud. Burung sekecil itu saya beli dengan harga tujuh juta rupiah
  Saya langsung melanjutkan perjalanan menuju makam wulung untuk meraih mimpi kehidupan.
Tepat tengah malam anggoro kasih saya sudah sampai di bawah pohon preh yang saat itu. Disana saya menyembelih, menguliti, dan mencincang daging burung engkak menusuknya menjadi 9 tusuk,dengan berlandaskan batu bata dan kayu,kemusian saya bakar sate burung engkak tersebut tanpa bumbu.
  Aroma bau amis dan anyir yang berasal dari daging burung engkak ini menyengat dihidungku, yang rupanya aroma bakaran sate ini merangsang penciuman gendruwo danyang makam wulung yang waktu itu menemuiku. Buktinya tanpa diketahui dari mana datangnya, Gendruwo itu sudah ada dihadapanku dan mencoba merebut paksa sate daging burung dari tanganku, untung aku segera tanggap, sate itu saya saut dan digenggam erat-erat
  Dari perebutan tadi terjadilah dialog perjanjian antara saya dan danyang makm wulung ini. Gendruwo meminta sate burung engkak untuk ditukarnya dengan selembar uang kertas senilai seratus ribu rupiah setelah dia asmak untuk jimat pesugihan.setelah perjanjian itu disetujui "jual beli"terjadi. Lantas gendruwo itu pun menghilang bersama dengan suara kokok ayam jantan bersautan, pertanda hari sudah pagi.

  Saya melangkah pulang membawa pulang jimat uang selembar ratusan ribu rupiah. sesampainya dirumah uang itu saya masukan kedalam kantong mori berwarna putih bersama seuntai bunga kantil yang harus diganti setiap malam anggoro kasih. Anehnya setiap uang itu di belanjakan, untuk membeli uang itu selalu kembali kedalam kantong mori tadi. Sementara saya tetap mendapatkan uang kembalian dari pemilik toko atau warung tersebut.dengan begitu sedikit demi sedikit uang yang diperoleh berangsur-angsur bertambah banyak. Alhasil mampu menutupi hutang-hutang yang menumpuk  dan modal mendirikan bisnis media cetak kembali kuperoleh.
  Dengan berjalannya waktu dan berkembangnya usahaku,sesekali dijiwaku terbesit rasa galau dan resah. Kekayaan yang saya peroleh ini diraih dari cara ghaib bertumbal sate burung engkak secara sah. Tapi disisi lain benakku membisikkan, aku terus mencuri uang dari para pedagang-pedagang yang aku beli dari jimat uang danyang makam wulung, sehingga mmbuahkan dosa yangbertumpuk-tumpuk. Lalu, apa uang itu harus aku larung, aku kembalikan di makam itu, Tetapi kadang pikiranku berubah dan hatiku yang paling dalam berontak karena uang jimat itu diperoleh dari hasil jual beli yang berarti sah-sah saja. artinya pesugihan yang diperoleh tidak bertumbalkan jiwa atau nyawa seperti pesugihan lain, tapi entahlah

Pesan penulis: jika harta yang kita peroleh dari hasil halal pasti akan membuat hati tenang dan damai, jadi bekerjalah yang halal

CERITA NYATA : Pengalaman Mistis Diganggu Jin Panderman

Penulis :
Sumber : Kaskus -

Terus terang, ane sebenarnya orang yang punya pandangan skeptis gan soal hantu-hantuan. Apa iya bener orang bisa diganggu? Ahh, Mungkin itu sih hanya halusinasinya sendiri lalu dilebay-lebaykan dan jadi cerita sana-sini. Tapi, tepat pada bulan yang sama di tahun lalu (oktober 2013) ane membuktikan sendiri kalau makhluk dari alam jin itu emang bisa ganggu kita. Dan, gangguannya itu bisa berbuntut panjang. Langsung saja ke cerita gan...

CERITA NYATA : Pengalaman Mistis Diganggu Jin Panderman

Oktober 2013, ane lupa tanggal berapa tapi ane inget itu adalah hari Kamis malam Jumat, ane sama temen sekantor ane namanya Dori pergi buat naik Gunung Panderman di kota Batu, Jawa Timur. Kalau yang pernah ke Batu, gunung itu terlihat pas dibelakang alun-alun kota. Nggak seberapa tinggi memang gunungnya, hanya mdpl. Kami sengaja milih tuh gunung karena  pengen melepas penat dari rutinitas kerjaan. Pengen merasakan hiking dan hawa gunung lagi, tapi nggak pengen capek-capek pas nanti pulangnya. Akhirnya dipilihlah tuh gunung.

Kami pun berangkat malam hari dari Surabaya. Jam kerja usai, langsung ane sama temen tancap gas pake motor menuju arah Batu. Ane waktu itu seneng banget gan bisa ke gunung lagi. Karena ane akhirnya punya temen kantor yang juga outdoor enthusiasts. Soalnya temen seangkatan kerja emang banyak yang nggak suka kegiatan di alam bebas berbau Adventure. Libur cuma satu hari seminggu. Kebanyakan emang dipake buat istirahat.

Dari kantor ane di Graha Pena kami pun mulai berangkat sekitar jam 9 malem. Ane sama temen ane waktu itu masih kerja di J*w*p*s. Kami mampir dulu di Indomaret di jalan Ahmad Yani buat beli logistik untuk pendakian. Kami beli makanan instan, cemilan dan air minum beberapa botol. Setelahnya, perjalanan kami menuju Batu memakan waktu sekitar 3 jam. (Lama banget ya) normalnya sih 2 jam udah sampai. Berhubung kita nyetirnya santai dan sambil cerita sana sini maka molor juga sampai lokasi.

Sekitar jam 12 malem kami pun sampai di alun-alun batu. Temen ane minta istirahat dulu sebentar. Ane turuti aja gan. Dia yang digonceng aja capek apalagi ane yang nyetir.

"kus, santai sik, pegel kabeh nang dalan (santai dulu, capek semua badanku di jalan," kata dori.

"iyo jeh, karo ndelok dalan pisan (iya. Sama liat jalannya juga), " ucap ane.

Kami pun beristirahat sebentar. Minum dan makan cemilan bekal yang tadi dibeli. Sambil ane liat Google map, cari jalan menuju pos start pendakian Panderman. Ternyata dari alun alun batu ke desa terakhir Panderman sangat dekat. Nggak sampai 15 menit. Setelah rehat selesai kami pun langsung tancap gas lagi. Jam di tangan ane menunjukkan udah jam 12 malem lebih. Perjalanan ke sana ternyata gampang karena sudah ada penunjuk jalan. Bayangkan kalau nggak ada. Kita mau tanya siapa, jalan udah sepi banget. Nggak ada orang Satu pun di jalan yang kami lewati.

Setelah sampai di desa, kami mencari rumah terakhir di kaki Panderman yang biasa dipakai untuk pos pertama pendakian. Rencananya kami mau menitipkan motor dan tidur di sana. Waktu pendakian dilakukan pagi saja karena kami udah capek seharian kerja dan nyetir di jalan. Alasan lain, karena naik panderman terbilang singkat. Maksimal 4 jam sudah sampai puncak.

Tapi rencana nggak sesuai harapan. Dari situ mulailah hal-hal sial yang kami alami. Kami pun akhirnya menemukan rumah terakhir itu, di belakangnya sudah gelap banget nggak ada rumah lagi. Yang ada cuma hutan bambu yang ketiup angin. Menimbulkan suara berisik yang agak creepy. Sesuai referensi di internet bilang rumah itu adalah pos awal pendakian. Ane sama temen ane parkir motor di teras depan rumah. Lalu mencoba mengetuk pintu. Setelah sekian lama nggak Ada respon. Dalem hati ane, ya ialah ini Udah jam setengah satu malem. Tamu macem apa ente kok kurang ajar banget. Oke prediksi ane salah, ane kira pos pendakian ready 24 jam. Ternyata oh ternyata...

"wah yaopo iki, ga dubukakno. Turu nandi iki (gimana ini nggak dibukain, mau tidur dimana)"

"wes tenang aye dor turu mushola Cedek kene aye (tenang dor, tidur di mushola dekat sini saja)"

Karena nggak ada opsi lain dan kami pun tidak membawa tenda, jadi ya mau nggak mau ane tidur di mushola dusun tersebut. Kami turun nggak jauh dari rumah itu tadi. Di kanan kiri jalan berjejer rumah rumah ala di pedesaan. Lumayan padet penduduk juga. Jalan dusun itu suasananya mencekam banget. Lampu jalannya nggak selalu ada. Ada pun cahayanya temaram banget dan goyang goyang. Maklum waktu itu anginnya lagi kenceng banget. Sampe terdengar berisik di kuping. Oia, dusun itu juga banyak banget pohon bambu besar-besar gan. Kata orang tua jaman dulu sih pohon bambu itu angker. Makanya di desa jarang orang keluar malem terus jagongan (bergadang) di deket pohon bambu.

Setelah toleh kanan toleh kiri. Ane sama temen ane nemuin mushola yang Kayaknya pewe banget gan buat tidur. Dan pas banget pager depannya nggak digembok. Ane langsung saja buka pager besi setinggi pinggang itu. Di atasnya ada slot engsel untuk membuka kuncian pager. Udah terbuka, Motor ane bisa masuk ke pelatarannya yang luas. Langsung saja ane parkir motor, masuk mushola dan memilih tidur di serambi luar yang sisi sebelah kamar kecil dan tempat wudhu. Lampu di mushola emang sudah dimatiin semua gan, tapi sisi yang ane sama temen ane tidurin itu paling gelap. Di area wudhu samping itu pun sama sekali nggak dipasangi lampu.

Tanpa ba bi bu, kami pun langsung meringkuk. Pejamin mata karena udah pengen banget tidur. Mushola ini lagi-lagi nggak jauh jauh sama pohon bambu. Nah persis di belakang kamar kecil dan area wudhu tadi banyak bambu besar besar gan. Suaranya astajim ribut banget kena angin yang lagi kenceng-kenceng nya.

Belum lagi suara salah satu pintu kamar mandi yang ga bisa ditutup. Tuh pintu terbuat dari seng. Kusen nya Udah ga berbentuk. Sengnya sudah bergelombang dan mbloder (mencuat) kesana kemari. Pantesan ga bisa ditutup. Walhasil kami pun harus kompromi dengan suara suara berisik tadi.

Ane sama temen ane udah ga seberapa peduli ama bunyi bunyian berisik itu gan. Meskipun bunyinya agak serem juga sih.

Wuzzz Wuzzz Wuzzz... suara angin yang bisa agan bayangin mirip sama suara jeram di sungai yang deras.

Tek tek tek, tek tek tek...  Suara bambu yang bergesek kena angin kencang.

Kreyek Kreyek, krek krek, suara seng pintu kamar mandi belakang yang gerak gerak sendiri kena angin..

Kuping ane mengidentifikasi tiga sumber bunyi di atas sambil mencoba tidur. Temen ane ternyata nambah sumber bunyi lagi dengan ngorok nya. Gile cepet banget ni anak tidur. Posisi tidur kami, kaki arah ke utara dan kepala arah selatan. Antara kepala kami dengan kamar mandi belakang serta bambu besar dipisahkan oleh tembok mushola yang berlubang-lubang. Ane liat saat itu jam satu malam. Nggak lama ane pun mulai tidur. Tapi nggak seberapa pules karena sedikit-sedikit kuping ane masih denger bebunyian.

Sekitar jam dua malem, ane mulai ga bisa tidur gan. Setelah ane denger bunyi yang menurut ane aneh. Ane pertama kali denger bunyi itu sebentar dan sayup-sayup. Tapi masih sangsi. Eh kali kedua, kali ketiga bunyinya berulang dan membentuk irama gan. Dan makin jelas di kuping ane. Jadi, ane denger seperti ada orang main kenthongan. Suaranya ya mirip sama bunyi bambu dipukul gan. Ane kirain bambu bambu tadi yang berderak kena angin. Tapi anehnya itu ada iramanya gan. Kayak orang main musik patrol. Kalau pun itu bambu yang berderak kena angin pasti suaranya dari awal bakal ane denger terus karena angin malam itu kenceng nya nggak pake berhenti.

Tak tak tek tak tak tek, tak tuk tuk tek, tek e tek e tek. (makin cepet)

Tapi, bunyi itu berulang ulang ane denger cuma selama 10 menit. Ya sudah, dalem hati ane pikir paling warga sekitar lagi latihan musik patrol. Jadi ane anggap angin lalu saja. Sementara, Temen ane masih ngorok. Lanjut....

Karena bunyi itu ane jadi nggak bisa lagi tidur. Udah ane merem in. Rileks ambil Nafas panjang, hembuskan. Ujung-ujungnya ya masih sadar. Nah sekitar jam setengah tiga ane mulai lagi denger bunyi diluar tiga jenis yang sudah ane identifikasi. Mata ane merem dan ane tidur masuk sleeping bag yang ane tutup rapet. Tapi kuping dan akal ane masih sadar seratus persen.

Secara mengejutkan, ane yang sambil merem denger kayak ada orang buka pager depan gan. Bunyinya mirip sama kayak tadi buka pager. Mulai buka engsel atas nya. Engsel bawah nya lalu dorong pager. Semuanya mirip. Yang beda cuma ada suara seperti slot besi yang biasanya ada di bagian bawah pager itu nyentuh tanah dan kedengaran seperti kayak diseret. Abis itu suara berhenti. Nggak ada suara  lagi kayak orang abis mbuka pager terus nutup lagi pager yang udah kebuka.

Ane kira ada takmir yang masuk mushola gan. Tapi pas ane liat nggak ada orang. Ane was was juga siapa tahu maling. Kan motor ane juga di luar. Pas ane liat pager ane kaget banget. Tuh pager masih tertutup rapat. Padahal bunyi yang ane denger itu kayak orang sengaja ngebuka pager.

Dari situ ane mulai punya bad feeling. Takut juga dalam hati. Ane ga mau ganggu temen ane ya mungkin masih tidur. Jadi ane balik lagi nutup resliting sleeping bag dan coba merem. Gak berapa lama abis itu, ane denger suara langkah kaki gan. Berseliweran di deket ane tidur. Bunyinya dep dep dep, gitu. kayak kaki telanjang nempel lantai. Bunyi itu juga makin menjadi. Kayak ada beberapa kaki orang yang melangkah di deket sleeping bag (SB) ane.

Ane waktu itu langsung melek dan nengok keluar sb. Ane terkaget kaget lagi. Bener bener sepi nggak ada orang di mushola. Ane langsung meringkuk lemes masuk sb mencoba buat merem lagi.

Ga berapa lama. ane malah denger suara langkah kaki lagi. Tapi sumber bunyinya pindah di belakang kepala ane. Langkah kaki itu kayak orang jalan menuju tempat wudhu dan kamar mandi belakang yang pintu seng nya ga bisa ditutup tadi. Bunyinya dep dep dep dep. Gitu lagi. Tiba-tiba. BLARRRRRR. Seketika pintu seng tadi seperti ada orang yang banting sangat kenceng. Kayak orang nutup pintu mobil pake emosi. Sontak ane langsung bangun dan mengintip lewat lubang lubang di tembok. Bulu kuduk ane langsung merinding. Lagi-lagi nggak ada orang disana. Ane langsung terduduk lemes. Ane iseng manggil teman ane. Ane kaget lagi, dia langsung jawab tegas kayak orang sudah sadar. Padahal, ane kira dia masih tidur pulas.

"iyo. Opo?"

"he dor, Ayuk mudun nang batu (ayo turun ke Batu)"

"Iyo. Ayo"

Ane bingung temen ane tanpa pikir panjang mengiyakan permintaan saya. Sejenak kami lalu berkemas. Ane liat di teras mushola enggak ada alas kaki selain milik kami. Kami pun keluar dari mushola itu tanpa banyak saling ngobrol. Jam saat itu menunjukkan pukul 3 dini hari. Kami pun balik lagi ke alun-alun Batu. Di tengah perjalanan setelah keluar dari dusun itu ane mulai bercerita ke temen ane.

"kon ngerti ta kenopo aku jaluk mudun? (kamu tahu, kenapa aku minta turun)"

"Kenopo emang e? (memang nya kenapa)"
Kalau
"aku mau krungu wong kotekan, buka pager ga ditutup, wong ngider, karo lawang wc mburi dibanting (aku tadi dengar suara orang main kenthongan, orang buka pagar ga ditutup lagi, orang jalan-jalan dan pintu kamar mandi belakang dibanting)"

"nah, aku yo krungu kabeh iku tapi sing kotekan enggak (nah aku juga denger semua nya kecuali yang main kenthongan)"

Serem. Mendengar jawaban dia Ane langsung merinding lagi. Ternyata, temen ane juga denger bunyi mistis itu. Malam itu kami tidur di masjid depan alun-alun Batu. Kali ini ane minta ijin biar ga diganggu lagi.

Paginya kami pun mulai mendaki panderman. Tentunya dengan tubuh letih karena kurang tidur. Rupanya gangguan dari bangsa jin kembali ane alami setelah balik ke Surabaya.

-----oo00oo------

Abis balik dari panderman, ane pun kembali ke rutinitas kerja. Sepintas tidak ada yang janggal. Satu dua hari pasca ane diganggu sama bunyi mistis, tidak ada gangguan lagi yang bikin ane takut setengah mati. Semua berlangsung normal. Ane berangkat kerja, Lalu pulang ke kosan tanpa ada hal mistis lagi. Kos ane kebetulan satu atap sama rumah kontrakan senior satu kantor ane. Ada beberapa kamar kosong yang sengaja di kos kan, salah satunya buat ane. Seisi rumah total ada lima orang. Senior ane, istrinya, tiga anak kos (include ane). Kos ane kebetulan di daerah kali kepiting Surabaya.

Namun ternyata itu cuma keadaan normal sesaat. Beberapa minggu setelah itu ane mulai diganggu lagi sama jin. Padahal ane seumur hidup nggak pernah ngalamin dapet gangguan macam gitu. Peristiwa di mushola panderman itu pun pengalaman Mistis yang paling banter menurut ane. Ternyata dari situ ane mulai bisa ngerasain gangguan mahluk halus.

Nah, ceritanya dimulai saat ane pulang kerja dari kantor. Sebelum pulang ane pipis dulu di toilet sebelum lahan parkiran motor Graha Pena (Grapen). Kalau yang pernah ke Grapen, toilet itu ada di basement. Toilet nya sempit banget nggak seperti toilet di lantai lain. Cuma ada dua kloset buat pipis dan satu wastafel dan kaca. Ane masuk ke toilet itu dan langsung menuju kloset buat pipis. Sewaktu jalan ane liat wastafel sebelum kloset, krannya dinyalain, dan air mengucur keluar. Ane lempeng aja maklum udah kebelet banget pipis. Nah, pas lagi fokus pipis ane denger bunyi "ctek" kayak suara besi digerakin. Bunyinya cuma sekali dan nggak seberapa keras. Ane nggak hiraukan, soalnya posisi toilet di basement. Mungkin ada maintenance atau suara orang di lantai atas. Oke nothing to worry about.

Tapi pas ane balik ke wastafel buat cuci tangan ane kaget dan mulai begidik. Karena posisi kran airnya udah dalam posisi mati. Dan itu air udah nggak ngucur keluar lagi. Nah padahal kurang dari semenit lalu ane liat dengan jelas posisinya nyala dan air nya mengucur. Kalau pun ada orang masuk pasti keliatan. Di toilet itu, khusus buat cowok. Nah kalau agan pipis di kloset, posisi pintu ada dibelakang agan dan jaraknya nggak sampe tiga meter. Jadi kalau pun ada orang masuk ane pasti tau.

Emang sih katanya di Grapen itu tempatnya agak serem. Senior ane dan para atasan sekantor ane pernah mewanti-wanti ke anak baru termasuk ane kalau diganggu jangan kaget dibiarin saja. Denger cerita itu ane tetep skeptis aja. Wong biasanya pulang tiap pipis ke toilet basement itu berkali kali ya nggak pernah ngerasain kejadian kayak itu. Ane bertanya dalam hati, kenapa ane jadi diganggu begini abis nginep di mushola panderman? Akhh syudahlah. Ane buru-buru keluar toilet yang sempit dan tinggi atapnya nggak terlalu jauh dengan kepala ane. Pas buka knop pintu toilet dan keluar langsung di leher ane ngerasa kayak ada angin yang suhunya dingin kayak di gunung berhembus di belakang leher. Ane langsung jalan cepet ke motor ane. Basement waktu itu pun cuma ada ane seorang. Duh, mana motor agak jauh pula.

Rupanya, gangguan malam itu pun berlanjut. Ane dari daerah Ahmad Yani Grapen langsung pulang ke kosan ane di kali kepiting Surabaya. Sampe kos udah jam 11 malem. Sampe gerbang kog cuma ada motor ane doang. Ya mungkin semua belum pada pulang. Senior ane fotografer j*w*p*s bagian di pos kriminal gan. Jadi malem itu mungkin dia belum pulang karena ada liputan malem. Sementara mungkin istrinya juga ikut dia keluar dan anak kos lain mungkin udah pulang kampung. Btw, senior ane kerjanya motret hal hal yang serem. Khususnya pas lagi ada liputan pembunuhan. Abis tim identifikasi polisi melakukan tugas nya biasanya senior ane itu motret TKP. Dan biasanya objek fotonya itu nggak jauh-jauh sama orang mati. Mulai dari yang ditusuk, digorok, dipukul sampe berdarah-darah. Ane sering liat gan fotonya di kamera. Yang paling serem itu foto babu mati dibunuh dengan golok yang masih nancep di dadanya. Sumpah itu bikin ane parno. Kalo inget liat darah sama muka korban yang ekspresi nya keliatan kesakitan banget itu rasanya ngeri gan. Skip.

Abis parkir motor. Lalu ane masuk kos yang sepi cuma ane sendirian. Lampu di lantai satu udah pada nyala. Kecuali di dapur dan kamar mandi. Ane langsung ke kamar ane yang ga jauh dari pintu depan. Begitu masuk ane langsung ganti baju dan istirahat gan. Kos ane di kali kepiting itu ada dua lantai. Lantai pertama bagian depan ada kamar ane, kamar senior ane+istri nya, ruang tamu dan ruang tengah. Sementara di bagian belakang ada dapur dan dua kamar mandi. Samping kamar mandi ada loteng untuk naik ke dua kamar temen se kos ane yang lain. (maaf ya gan ane ga sebut nama mereka semua yang tinggal sama ane ya karena alasan privasi)

Dari awal ngekos situ juga nggak ada sejarah serem serem nya gan. Rumah itu ada di daerah perumahan yang cukup padat. Yang punya rumah itu polisi. Dan nggak ada landmark gaib kayak pohon besar atau rumah kosong angker di daerah pemukiman kos ane. Yang ada malah rumah di deretan depan yang arsitekturnya mirip kayak goa. Itu pun kesan nya unik nggak serem. Jadi ane sama sekali nggak pernah ngerasain kejadian mistis di kos itu.

Dan tertidurlah ane dengan pulas. Namun sekitar jam satu malem ane kebangun. Aneh, biasanya ane nggak pernah gan pulang kerja capek terus di tengah tidur gitu bisa bangun. Biasanya ane bangun langsung pas subuh atau malah bablas subuhan. Malam itu sengaja kayak ada yang bikin ane bangun. Kemudian ane keluar ke ruang tamu liat ke jendela depan, Hmm orang serumah pada belum balik ternyata karena masih ada motor ane doang. Ane pun balik lagi ke kamar ane. Nah pas balik ane kog ngerasa aneh. Karena lampu dapur yang sebelumnya mati itu ane liat hidup. Kamar ane posisinya berhadapan dengan dapur. Kalau pintu kamar dibuka ane bisa liat kulkas dan meja dapur. Ane masuk kamar tanpa matiin lagi lampu dapur itu gan.

Ane sebelum malam itu, kalau tidur nggak pernah nutup pintu kamar. Jadi ya kalau ane tidur arah ke luar pintu bisa liat ruang tengah dan dapur. Balik lah ane menuju kasur dengan posisi tidur menyamping dan menghadap keluar pintu. Ane mencoba buat merem lagi. Saat itu kira kira masih sekitar jam satu lebih.

Di pertengahan usaha ane buat tidur lagi betapa kaget nya ane liat kulkas di depan ane kebuka sendiri pintunya. Lengkap sama bunyi karet pintu kulkas yang khas Kalo dibuka. Gerrabh... Pintu kebuka dengan gerakan pelan sampe mentok. Ngeliat itu udah campur aduk perasaan ane. Penasaran, ngeri, campur merinding. Dalam hati ane bertanya daya sebesar apa yang bisa untuk ngebuka pintu kulkas itu. Kalau pun itu tikus atau kucing yang dorong ya nggak bakal kebuka. Kita Aja waktu buka pintu kulkas pasti dengan hentakan baru karet pintunya terlepas. Karena udah nggak berani ke dapur ane tetep aja posisi tiduran di kasur. Nggak mau beranjak sama sekali. Pintu kulkas itu masih kebuka dan udah berhenti bergerak. Kalau Ane punya six sense yang kuat di mata, ane pasti udah ngeliat ada apa apa di dapur. Tapi berhubung ane nggak bisa liat ya mencoba berpikir positif aja.

Nggak lama berselang, pintu depan yang terbuat dari kayu ada yang ngetuk. Cuma dua kali bunyinya ane denger. Tok tok. Ane langsung ke depan buat buka pintu, mungkin ada orang rumah yang pulang. Sebelum buka ane celingukan keluar jendela. Ngeri bener. Ane liat nggak ada orang sama sekali di luar. Ane langsung ngibrit ke kamar ane. Pintu kamar yang menganga langsung ane tutup. Bahkan ane kunci rapet.

Ane takut bener malem itu. Ane meringkuk tidur sambil ngadep tembok kamar ane, arah yang berlawanan sama pintu. Ane langsung baca sholawat dan surat pendek an-nas. Komat kamit sampe ane tertidur lagi.

Keesokan harinya ane bangun dan senior ane sudah pulang. Iseng ane tanya ke dia.

"moleh jam piro mas? (pulang jam berapa mas)"

"jam telu, ono liputan razia bareng polisi. He kon iki yaopo seh mari gawe kulkas lawang e ga ditutup (jam tiga malam, ada liputan razia sama polisi. Kamu ini gimana abis pakai kulkas pintunya nggak ditutup lagi),"

"errrgh, iyo mas sorry, "

Mak jlebhh rasanya. Jadi tadi malem yang ngetok pintu sekitar jam satu lebih itu bukan senior ane sama istrinya. Ane tanya ke dia juga anak kos selain ane juga belum balik sampai pagi itu. Dia juga masih liat pintu kulkas yang masih kebuka. Ane cuma diem nggak cerita apa yang ane alamin tadi malem.

Dari situ ane mulai menghubungkan gangguan mistis itu sama tingkah ane yang sebelumnya nggak sopan waktu nginep di mushola panderman. Kemudian, Ane nantang dalem hati. Kalau emang betul marah sampe ngikutin ane ke Surabaya, kenapa kamu (jin) nggak menampakkan diri saja terang terangan dan marah langsung ke ane. Dan bener gan, nggak berapa lama dari kejadian itu ane kembali lagi diganggunya.

-----oo00oo------

Tak lama setelah gangguan mistis di kosan Kali kepiting, ane pindah Dari situ. Alasan Pindah nya bukan karena terus menerus diganggu sama itu jin. Tapi karena senior ane pengen cari rumah kontrakan baru yang harganya lebih masuk akal. Karena, pemilik rumah kontrakan tempat ane ngekos di kali kepiting tiba tiba menaikkan tarif baru. Dan harganya dua kali lipat dari harga sewa lama. Sehingga senior ane sama istrinya pun menyiapkan diri untuk pindah rumah. Nah, kami tiga anak kos disitu otomatis juga ikut bantu senior ane buat beres beres rumah untuk pindahan. Ane juga putusin ikut aja karena males cari kos lain. Karena disitu udah berasa kayak keluarga kecil.

Singkat cerita, senior ane dapat lah rumah kontrakan dengan harga miring. Lokasinya di perumahan mendokan asri. Surabaya Selatan. Dalam komplek perumahan kecil itu cuma hanya ada satu RT. Isinya juga nggak lebih dari 15 rumah. Di tengahnya ada taman kecil yang cukup nyaman buat kongkow dan cocok buat joging tipis tipis. Di komplek kecil itu juga ada satu rumah kosong yang dibiarin gitu aja, tembok udah mengelupas dan semak belukar nya lebat sampe nutupi dinding luar rumah. (soal rumah itu ane bakal cerita di lain topik, tunggu aja ya)

Sementara, rumah kontrakan senior ane terletak paling pojok sendiri. Nempel sama dinding batas perumahan. Di balik dinding itu ada kebun dan ladang sayur yang ditanami banyak pohon pisang. Dari ladang itu terlihat ada rumah warga di perkampungan sekitar tapi jaraknya cukup jauh dari tembok.

Karena letaknya di pojokan komplek. Kos yang juga rumah kontrakan senior ane itu kalau malam itu lumayan seram. Terasa gelap gulita karena lampu penerangan jalan di komplek itu ya cuma lampu penerangan dari depan rumah-rumah yang ada di komplek. Apalagi, belakang rumah kontrakan sudah tegalan (ladang) milik warga tadi. Suasana kalau malam pun rasanya sangat sepi. Jarang banget ada tetangga yang berkegiatan di luar rumah. Padahal kalau menurut ane taman di tengah komplek itu potensial banget buat kongkow. Jadi ya selepas isya aja suasananya udah sepi banget. Mungkin banyak yang kerja kantoran sehingga udah capek.

Nah itu sekilas soal komplek rumah kontrakan senior ane yang juga bakal jadi kos ane. Kejanggalan dimulai ketika kami selesai mengangkut barang dari kos ane yang lama. Sewaktu pemindahan barang terakhir, rasanya lega karena banyak juga barang yang harus diangkut. Senior ane masuk ke dalam rumah ketemu sama pemilik kontrakan. Sementara ane ngaso di teras depan rumah ambil Nafas karena terengah-engah abis ngangkat yang berat-berat. Nah di bagian depan itu ada sebuah taman yang masih belum ditata rapi. Nggak ada rumput nya. Cuma ada beberapa tanaman dan bekas rumput yang sudah dibabat. Di samping taman itu, ada lahan kosong lumayan luas yang lantai bawahnya sudah di cor semen. Di ujung lahan cor itu ada tembok luar rumah yang juga sebagai tembok batas komplek dengan ladang yang banyak ditumbuhi pohon pisang tadi.

Ane pun jalan kesana sambil penasaran. Ane liat rupanya lantai cor lahan itu ada beberapa bagian yang terkelupas. sehingga ada tanah pasir yang mulai ditumbuhi tanaman rambat. Letak tanah berpasir itu tepat dibawah tembok. Ane lumayan kaget setelah liat ada apa di pasir itu. Ternyata tiga buah dupa atau hio warna ungu sudah ditancapkan disana. Tiga hio itu masih hidup padahal saat itu tengah hari yang terik. Ane yang waktu itu tanpa pikir panjang mencabut tiga buah hio itu dan mematikannya dengan cara ane tusuk ke pasir.

Nggak ada firasat Apa-apa waktu itu. Ane langsung balik dan mendapati senior ane lagi ngobrol sama pemilik rumah yang keluar dari dalam. Pemilik rumah ngasih kunci nya ke senior ane. Nggak lama kami berpamitan lalu balik ke kos lama ane di kali kepiting. Beberapa hari setelah itu kami pun sudah menempati rumah kontrakan baru tersebut.

Nah pada saat hari pertama tinggal di rumah itu. Ane sibuk nata kamar kos ane. Di rumah itu rupanya kamar yang dikoskan lebih sedikit. Cuma ada dua. Sehingga ane kebagian sekamar sama temen satu kos ane. Abis nata kamar ane keluar ke teras dan kembali ke tempat dupa tadi. Ane terkaget lagi, tiga dupa lagi lagi berdiri disitu. Tanpa pikir panjang ane langsung tendang dupa itu. Apaan ini, bikin musrik aja, pikir ane dalam hati.

Hari hari berjalan normal sampai ane merasakan lagi kengerian di malam itu. Btw, kos ane yang baru cuma ada satu lantai. Kamar ane sama temen sekamar ada di sisi paling luar. Sehingga tembok kamar ane belakangnya itu sudah lahan kosong yang lantainya cor coran tadi. Sementara kamar senior ane +istrinya ada di sisi berlawanan. Sebelah kamar ane pas kamar mandi. Sedangkan sebelah kamar senior ane adalah kamar kos temen ane yang satunya. Di bagian paling belakang rumah ada dapur, gudang dan tempat mencuci.

Malem itu ane tidur aja di kamar karena capek pulang kerja. Sementara temen satu kamar ane belum pulang dari kampus. Ya sudah ane ngorok aja sendiri. Tengah malam ane kebangun dan liat temen ane pulang. Abis dari kamar mandi dia langsung prepare buat tidur di samping ane. Ane pun kembali tidur dengan muka pas menghadap tembok karena kasur kami nggak cukup besar buat tidur berdua.

Dari situ, gangguan mistis kembali ane rasakan. Sebelumnya, tiap kurang lebih jam satu malem ane selalu kebangun. Dan itu dimulai setelah ane pulang dari panderman. Tanpa firasat apa pun ane mencoba buat merem kembali. Di saat itu muka ane yang pas ngadep tembok denger bunyi tembok dipukul dari luar. Sehingga bunyi nya merambat masuk ke dalam kamar ane.

Degh, (jeda) Degh (jeda), degh.

Tiga kali dan berhenti. Jantung ane berdegup. Siapa lagi yang mau mukul tembok jam satu malam. Orang rumah juga sudah tidur. Arah tembok ke luar juga bukan rumah tetangga, melainkan lahan cor dan ladang yang banyak ditumbuhi pisang tadi. Ane memberanikan diri untuk merem lagi.

Semakin berusaha ane nggak bisa untuk tidur. Sampai Ane denger lagi bunyi ketukan yang sama saat ane tidur di mushola panderman. Bunyi ketukan itu kembali terulang tapi kali ini media nya bukan kenthongan. Melainkan, tembok yang pas di hadapan muka ane.

Degh tek, degh tek tek degh tek tek.

Bunyi itu mirip seperti telapak tangan dan hentakan kuku ke tembok. Kali ini durasinya lama. Sampai sekitar setengah jam bunyi itu ane denger. Kira kira dari jam satu sampe jam setengah dua malam. Ane yang ketakutan banget sampe ga tahan. Bantal ane tutupin ke telinga ane. Nggak tau lah pokoknya ane cuek ane pengen tidur. Dalam hati ane nantang, Ayo kalau niat ganggu sekalian tampakin wujud (jin) ke ane. Karena semakin ane cuma bisa denger bunyi-bunyi yang mengganggu ini rasanya malah bikin hidup ane mencekam tiap malam. Namun, malam itu lagi lagi ane masih belum bisa melihat jin. Ane nggak tau alasannya kenapa. Apa memang mata ane nggak akan pernah bisa liat hantu. Ane tidur lagi tanpa ganggu temen ane yang tidur pas disamping ane.

Paginya temen ane yang juga junior ane sudah rapi mau berangkat ke kampus. Sementara ane masih tiduran di kasur tapi sudah sadar. Dia bilang ke ane soal apa yang di dengernya kemarin malam.

"mas kamu malam malam nggak bisa tidur ta? kog ndodok tembok (mas kamu malam-malam nggak bisa tidur ta? Kog ngetuk tembok)"

"enggak aku wes turu jeh (enggak aku sudah tidur)"

"lah terus Sopo? Ojo mbujuk sampean (la terus siapa, jangan bohong)"

Ane sengaja nggak tanggepin omongan temen sekamar ane. Abis diam sejenak, dia ngomong itu mah pasti ulah ane. Dia bilang dengar bunyi tembok di ketuk tiga kali pas setengah sadar saat tidur. Ane pun diem aja. Lanjut tidur lagi karena berangkat kerja siang.

Minggu depan nya setelah ane pulang kampung. Temen sekamar ane pun ngomong kalau di tengah malam dia diganggu mahluk halus. Kejadiannya saat dia tidur sendirian menghadap tembok. Sementara ane saat itu pulang kampung ke Gresik. Apa yang dia katakan mirip suara yang ane denger pertama kali. Yaitu bunyi dentuman lumayan kenceng tiga Kali di tembok. Ane pun bertanya ke dia.

"Oia temen ta? Dengar suara orang kotekan di tembok ga? (Hah apa bener begitu? Terus apa kamu dengar suara orang main ketukan di tembok)"

"enggak mas, yo mek iku tok (enggak, hanya suara itu)"

Ane pun jadi penasaran kenapa suara irama ketukan itu cuma ane yang denger? Sementara temen ane enggak denger. Ane pun bingung, kenapa ketukan yang mirip banget sama di panderman itu terulang lagi di sini. Di kos baru ane. Apa itu jin sengaja spesial ganggu ane pake bunyi itu. Atau ada maksud lain? Hampir tiap malam setelah itu ane sering denger orang mukul mukul tembok kamar ane dan juga bunyi kotekan di dinding. Entah apa yang dia inginkan dari ane?

-----oo00oo------

Semakin bingung ane sama maksud dari itu jin. Karena dia hampir gangguin ane tiap malem. Ane inget gangguannya sampe marathon, dalam seminggu lima kali ane diganggunya. Skenario nya pun sama, ane kebangun tengah malem dan ada bunyi tembok di ketuk ketuk. Tapi ane disini mau cerita pengalaman di antara malam itu yang paling serem.

Hari itu jumat malam sabtu. Ane pulang dari kantor larut banget. Tengah malam ane sampe kos ane yang baru. Perjalanan pulang dari Grapen pun sudah berbeda rute dari kos ane yang lama. Sekarang ane pulang lewat bunderan dolog Ahmad Yani lalu lewat jemursari lurus sampe arah upn veteran Surabaya. Ane pulang tengah malam karena tiap jumat malem kantor kami selalu ngadain rapat redaksi yang lumayan lama. Sehingga ane pulang dari Grapen sekitar pukul 24.00 wib.

Nah di tengah perjalanan abis melewati jemursari, kalau lurus pasti melewati jalan sier rungkut yang berasa kayak lewat tengah hutan. Karena jalan itu bisa dibilang jalan paling asri akibat banyak pohon besar tinggi tinggi di sepanjang jalan. Pohon itu memang sebagai penangkal polusi dari area sier yang isinya pabrik industri. Jalan sier itu terkenal angker. Karena. Banyak cerita mistis Berseliweran. Yang ane inget pernah senior ane satu kantor yang juga dibikin kaget sama jin pengganggu.

Senior ane itu ceritanya juga balik ke rumah melewati jalan sier rungkut. Dia cewek dan sewaktu pulang lewat di bagian jalan yang sepi. Di kiri jalan dia ngeliat sepintas ada perempuan pake baju terusan warna putih. Katanya dia tuh perempuan rambutnya panjang banget terurai. Dan yang aneh itu perempuan duduk berjongkok sambil nyalain api. Senior ane yang penasaran saat nyetir di motor nya penasaran tingkah aneh perempuan tadi. Tapi betapa kaget nya dia waktu liat itu perempuan udah lenyap nggak ada. Padahal senior ane itu jalan motornya lagi pelan.

Nah cerita senior ane itu bikin ane agak parno kalau lewat jalan sier rungkut. Apalagi saat ane masih dalam teror jin panderman. Dan malam itu saat ane pulang abis rapat dari Grapen, ane ngalamin kejadian yang serupa. Ane pacu motor lumayan kenceng lewat situ. Dengan harapan ingatan soal cerita senior ane nggak ane alamin. Di jalan yang ada u turn nya ane tiba tiba liat dari jauh ada cewek nyebrang di tengah jalan yang sepi. Ane yang waktu itu nggak seberapa liat dengan jelas ya ane cuek in.

Tapi, abis nglewati tempat cewek itu nyebrang jalan ane jadi begidik. Saat itu di jalan sepi banget. Ane bertanya kemana itu cewek sendirian pergi nyebrang. Dan kalau agan tahu di tengah jalan sier itu ada pepohonan yang tengah nya ada kali. Ukurannya lumayan lebar dan nggak bisa di loncati karena disitu nggak ada jembatan. Ane liat itu cewek nggak ada sama sekali di sekitaran sisi seberang nya. Yang ane liat cuma deretan pabrik yang udah sepi. Ane bener bener merinding dan nggak peduli. Langsung saja tancap gas pulang ke kosan.

Masuk komplek dari kejauhan ane liat rumah senior ane di pojokan sepi banget. Malah lampunya semua dimatiin. Aduh Kayaknya ane harus tidur sendirian. Karena ane tau setelahnya kalau senior ane sama istrinya lagi keluar kota buat jalan jalan. Masuk pagar depan suasana bener bener mencekam.

Semua lampu di rumah mati. Di kiri ane pohon pohon pisang yang rimbun juga gelap banget. Maka ane cepetin buka gembok pager dan buka kunci pintu depan untuk segera masuk rumah. Di dalem ternyata ga beda jauh. Gelap total. Semua anak kos udah pulang kampung. Sempat ane mikir apa ane balik kantor aja. Lantai empat Grapen kan selalu buka dan selalu ada orang. Tapi ya udah lah ane males lewat lagi di jalan sier rungkut tadi.

Ane lalu cuma nyalain lampu ruang tamu lalu cepet cepet masuk ke kamar. Ganti baju, lalu siap siap posisi tidur. Nggak berapa lama di dalam kamar, (sumpah ane nggak bakal lupa itu kejadian serem amat) dapur yang tiba tiba sunyi jadi gaduh.

Prryyyyaaangggg

Suara seperti besi jatuh ke lantai. Dan bener ane yang setengah takut pun melihat panci buat masak air tiba tiba udah jatuh di bawah lantai. Lampu dapur ane nyalain. Ane pikir ada tikus atau kucing. Tapi sama sekali nggak ada suara atau gerakan. Tanpa lama lama lampu dapur pun an matiin. Kembali lagi buat tidur di kamar ane.

Ane udah Komat kamit baca surat pendek, sholawat, ayat kursi buat nggak diganggu lagi. Dan.....

Prrrrryyyyyaaaangggg

Suara panci itu jatuh lagi. Ane menggigil ketakutan. Pintu kamar ane kunci. Dan lampu kamar ane idupin. Itu bunyi yang paling serem buat ane. Posisi saat itu sekitar jam satu malam. sampe sekarang kalau kita inget kayak gitu ane kembali begidik.

Tak lama berselang, ane masih berusaha banget untuk tidur. Tapi sepertinya gangguan nggak berhenti cuma itu. dapur kembali muncul bunyi bunyian mistis. Ane bener bener denger suara kayak orang masak di dapur. Kayak idupin kompor, suara wajan saat orang lagi nggoreng dan suara kayak motong sayur di telenan.

Nggak pikir panjang ane langsung ambil headset dan puter radio Ss. Ane set kenceng volume nya. Ane pilih chanel itu karena 24 jam ada suara penyiar. Untung ane udah nggak bisa denger suara suara dari luar. Dan ane berharap jangan ganggu ane lagi. Ane pun tidur sampai bangun siang nya.

Rupanya orang rumah belum pada pulang. Ane tanya senior ane masih baru pulang malamnya. Ane tengok ke dapur dan ane liat panci udah jatuh di bawah. Ane kembaliin lagi ke tempat nya di gantungan. Rupanya suara yang ane denger tadi malam bukan cuma halusinasi ane.

Karena makin ngerasa terganggu ane kemudian pengen cepet cepet pengen menyelesaikan masalah ini dengan ketemu sama senior ane sewaktu di ekskul pecinta alam waktu sma dulu. Dan pertemuan ane dengannya membuka titik terang masalah gangguan jin yang ane rasain.

--------

Usai menguatkan tekad untuk segera mengakhiri gangguan mistis yang semakin intens terasa. Ane pun putuskan buat ketemu senior ane sewaktu ikut ekskul pecinta alam dulu. Singkat kata senior ane itu paham soal hal mistis. Dulu kan ane juga pernah cerita pernah dicoba buka mata batin ane waktu sma tapi nggak berhasil.

Tentu ane ketemu sewaktu Ane libur kerja. Libur ane nggak awam gan, hari kamis. Untung senior ane kerjanya masih di Gresik di kampung halaman ane. Setelah janjian telp maka diputuskan kamis malam Jumat itu ane samperin rumahnya di daerah GKB Gresik. Tapi senior ane mengajukan syarat kalau pas ane ke rumah nya harus dalam keadaan capek banget.

Singkat cerita ane pun sampai di rumahnya. Kami pun hanya sempat berbasa basi sebentar. Tanya kabar masing masing. Juga tanya kabar temen ane dulu waktu sma. Di tengah pembicaraan dia pun langsung motong topik.

"kus, koe nggak keroso ta? (kus apa kamu nggak ngerasa)"

"lha Knopo emang mas (memang kenapa mas?"

"Pas ndek mburi geger mu iku dituti ae karo Mbah mbah (pas di belakang punggung mu itu kamu selalu diikuti kakek kakek)"

Ane pun cuma terdiam nggak bisa bales omongan senior ane. Tak lama ane pun menceritakan semua kejadian gangguan mistis yang ane alamin. Dari awal sampe akhir. Senior ane pun mendengarkan sambil mata nya melihat ke belakang panggung ane. Jadi mata dia nggak cuma fokus ke mata ane yang lagi cerita.

Senior ane itu lalu menawari ane untuk mencoba kembali membuka mata batin ane. Dia berkeinginan bikin ane liat sendiri wujud jin yang selama ini ngikutin ane dari panderman. Ane yang kontan mengiyakan permintaannya nggak berharap banyak. Sebab dulu ane pernah dicoba buka mata batin tapi toh tetep nggak bisa.

Senior ane itu pun lalu menyiapkan air putih di dalam gelas kaca. Sebelum menyuruh ane minum dia terlihat membacakan doa doa khusus ke air tersebut. Terlihat ane dari ruang tamu dia Komat kamit setelah ambil air minum itu dari ruang tengah rumahnya. Dan langsung saja ane disuruh untuk meminumnya sampai habis.

Setelah itu ane disuruh berdiri dan senior ane pun berdiri di belakang ane. Tanpa aba aba dia menyuruh ane merem dan langsung tangan kanan nya mengusap wajah ane dari kening sampe ke dagu. Sementara tangan kiri nya menggenggam tubuh ane biar nggak jatuh. Sontak saja setelah ane digituin badan ane sempoyongan. Rasanya lemes kayak orang mau pingsan saat upacara.

Senior ane lalu mengajak ane ke teras depan rumah nya. Disitu halaman yang cukup luas. Ane disuruh duduk. Sementara senior ane kembali masuk rumah untuk mematikan lampu teras depan. Sewaktu ane ditinggal itu mata ane jadi senewen. Ane seperti liat ada semacam tirai yang bentuknya transparan dan bergoyang goyang mirip kalau kita liat fatamorgana di atas jalan aspal yang panas. Ane liat dengan seksama, iya bener  ane liat kayak tirai.

Senior ane pun kembali menghampiri ane. Ane pun bilang seperti melihat tirai. Dia menjawab kalau apa yang ane liat itu adalah pembatas gerbang dunia manusia dengan Jin. Katanya kalau ane berjalan melewati tirai itu ane bakalan masuk ke alam jin. Oleh karena itu senior ane nyuruh ane untuk duduk diam.

Selanjutnya pelan pelan dia membopong ane untuk berdiri. Ane rasain tubuh ini lemes banget kayak orang abis kecapekan lari. Kata senior ane hal itu wajar buat yang kali pertama mata batinnya dibuka karena berada di tengah tengah energi yang memisahkan dua alam. Setelah bisa berdiri ane pun disuruh balik badan menghadap taman depan rumah.

Ane terkaget kaget waktu ane menjumpai ada sesosok kakek kakek bungkuk berdiri di depan ane. Kakek itu berjanggut panjang sampai menyentuh tanah. Air muka nya menunjukkan wajah orang marah. Alis nya tajam. Sementara matanya putih menyala. Kakek itu berbaju putih perawakannya sudah kurus kisut.

Mulut ane mencoba untuk mengucapkan salam. Tapi gerakan bibir ane terbata bata. Salam terucap. Tapi jin berwujud kakek di hadapan ane nggak menyahut. Senior ane tetep berdiri di belakang ane sambil pegang bahu ane.

Tak lama kakek itu mencoba berbicara dengan ane. Melihat mimik muka nya dia seperti menghardik ane. Tapi aneh, ane sama sekali nggak bisa dengar suara nya. Jadi ane cuma bisa liat jin itu mulut nya megap megap. Seperti nada omongan nya memarahi ane. Ane bingung meskipun malam ini ane sudah ketemu dengan jin panderman yang menghantui ane selama ini, tetep saja ane nggak bisa tahu apa alasan ane sampai diganggu jin itu. Dan apa maunya dia?

Ane mencoba lagi ngomong, tapi tetep omongan ane terbata bata. "Si a pa ka mu. Ma a f ka la u mengg gan ng g u". Jin itu pun masih menampilkan raut muka amat marah. Tapi mulutnya cuma megap megap. Nggak ada suara pun yang bisa ane denger.

Jin itu tiba tiba mau menghampiri ane. Semakin dekat dan dekat sambil tangannya diangkat ke depan seperti mau nyekik ane. Tapi tiba tiba ane langsung jatuh terhempas ke lantai setelah mengusap wajah ane lagi.

Posisi ane udah rebahan lemes di lantai. Tapi saat itu ane masih bisa liat yang terjadi. Senior ane terlihat bercakap cakap seorang diri. Ane ga bisa denger jelas apa yang dia katakan.

Usai semua itu terjadi, senior ane kembali menyuruh ane minum air putih dari gelas tadi. Agak berapa lama Nafas ane kembali normal. Yang tadinya ngos ngosan kayak orang abis lari jarak jauh pelan pelan mulai teratur. Kemudian setelah itu senior ane nyuruh ane untuk segera pulang. Ane yang masih takut pun nggak mau pulang usai semua yang ane alamin tadi. Dengan pede senior ane minta untuk liat tirai yang ane liat tadi. Ane pun sadar udah nggak bisa liat lagi tirai gaib yang nggak jauh di depan ane tadi. Dengan begitu senior ane yakin, kalau ane nggak bisa lagi diganggu secara frontal kayak tadi.

Lalu, ane turuti aja apa perintah senior ane. Segera pulang dan jangan lupa setelah sampai rumah baca Sms yang senior ane kirim. Ane pun mengiyakan. Setelah sampe rumah dan masuk kamar untuk segera tidur ane pun dapat Sms dari senior ane.

Sms 1
"iku mau mbah sing mbok delok ngunu iku jin muslim. Ora usah wedi Dee nggak bakal nggawé anakmu ciloko. Cuma iyo iku mau emang lagi ngamuk karo koe. (itu tadi kakek yang kamu liat adalah jin muslim. Jangan takut karena dia nggak bakal sampai bikin kamu celaka. Cuma memang, dia lagi marah sama kamu)"

Sms 2
"Dee ngamuk gara-gara koe nggak ngajeni mushola. Wes ga solat langsung turu aye ndek langgar. Lah emang losmen opo? Ngene aye ben bengi sak durunge turu koe kudu mari sholat isya. Karo turu e pas mari wudhu. Insya allah nggak ganggu maneh (dia marah karena kamu nggak menghormati mushola. Udah nggak sholat langsung aja tidur. Lah apa itu losmen? Tiap hari sebelum tidur kamu harus udah sholat isya. Dan tidur dalam keadaan usai berwudhu. Insya allah dia nggak ganggu lagi)"

Malam itu dan berikutnya Ane usahakan selalu sholat isya sebelum tidur. Tidak hanya itu ane juga tidur dalam keadaan abis wudhu. Dan apa yang disampaikan senior ane itu terbukti. Ane udah nggak lagi diganggu bunyi mistis saat malam hari. Nggak lagi bangun sekitar jam satu dan harus dengar suara suara serem.

Semingguan setelah ketemu senior ane, di malam hari ane mimpi ketemu kakek kakek itu lagi. Tapi kali itu ane bisa liat sekaligus denger suara nya. Dia yang di hadapan ane tiba tiba mendekat sambil posisi tangan nya dinaikkan. Ane kira dia mau mencekik ane lagi, tapi yang dia lakukan berbeda. Tangan kanan nya menepuk bahu ane lalu bilang mau pamit balik ke tempat asal nya. Di tengah mimpi itu ane kebangun di tengah malam sambil kembali melihat tirai gaib itu lagi di kamar kos ane.

*tamat...

-----oo00oo------

Silahkan menyimpulkan sendiri hikmah dari pengalaman ane ya gan. Jangan sampai agan keganggu jin karena ulah sendiri kayak ane ini. Wassalam.

Penulis :
Sumber : Kaskus ----